REPUBLIKA.CO.ID, BALI -- Bencana tanah longsor yang terjadi di Desa Nongan, Kecamatan Rendang, Karangasem, Bali, Sabtu (10/10) pukul 09.00 waktu setempat mengakibatkan satu warga meninggal dunia. Satu warga lainnya menderita luka ringan.
"Warga meninggal dunia telah berhasil dievakuasi, sedangkan korban yang mengalami luka ringan telah dirawat di Puskesmas Rendang," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Raditya Jati seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Ahad (11/10).
Ia mengklaim, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karangasem melakukan penanganan darurat setelah mendapatkan informasi atas kejadian tersebut. Di samping berdampak pada korban jiwa, tanah longsor mengakibatkan dua rumah warga mengalami rusak berat. BPBD juga melaporkan adanya satu ruas jalan antar desa tertimbun longsor. BPBD dan dinas setempat telah mengerahkan alat berat untuk pembersihan material longsor maupun pohon yang tumbang.
"Pascakejadian, Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Kabupaten Karangasem segera melakukan kaji cepat di lapangan dan berkoordinasi dengan instansi terkait," ujarnya.
Ia menambahkan, pejabat sementara Bupati Karangasem yang ditemani Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Karangasem meninjau lokasi terdampak bencana.
Sebelumnya pada Sabtu (10/10) sekitar pukul 17.00 waktu setempat, cuaca hujan dengan intensitas ringan masih berlangsung. Sedangkan kronologi kejadian pagi tadi, hujan dengan intensitas tinggi menjadi salah satu pemicu peristiwa tanah longsor.
Wilayah Karangasem merupakan salah satu kawasan dengan potensi bahaya tanah longsor dengan kategori kelas sedang hingga tinggi. Berdasarkan analisis InaRISK, total kecamatan dengan potensi tersebut berjumlah 8 kecamatan dengan jumlah cakupan luas hingga 36.722 hektare. Selain tanah longsor, Kabupaten Karangasem juga berpotensi bahaya hidrometeorologi lainnya seperti banjir, banjir bandang dan cuaca ekstrem, dengan kategori kelas bahaya sedang hingga tinggi.
Sementara itu, dia menyebutkan wilayah Bali sebanyak delapan kabupaten memiliki potensi dengan kategori sedang hingga tinggi untuk bahaya tanah longsor. Potensi populasi terpapar untuk bahaya ini di Provinsi Bali hingga 250 ribu jiwa.
"Menyikapi potensi bahaya yang ada dan kondisi yang memasuki musim penghujan, masyarakat diimbau untuk membangun kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap bahaya hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor, cuaca ekstrem dan banjir bandang," katanya.
Menurutnya, langkah ini tidak hanya untuk bahaya hidrometeorologi tetapi juga potensi bahaya geologi maupun bencana nonalam virus corona SARS-CoV2 (Covid-19).