Jumat 09 Oct 2020 09:18 WIB

Kabid Humas Polda Sebut Dua Pendemo Gunakan Ganja

Polda Kalbar imbau pendemo ajukan judical review tolak Omnibus Law.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Sejumlah mahasiswa beraksi menolak Undang-Undang Cipta Kerjadi DPRD Provinsi Kalbar di Kota Pontianak, Kamis (8/10).
Foto: ANTARA/Jessica Helena Wuysang
Sejumlah mahasiswa beraksi menolak Undang-Undang Cipta Kerjadi DPRD Provinsi Kalbar di Kota Pontianak, Kamis (8/10).

REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- Sebanyak lima pendemo yang melakukan anarkistis hingga ricuh di depan Gedung DPRD Kalimantan Barat (Kalbar), Kota Pontianak, Kamis (8/10), dari tes cepat menunjukkan hasil reaktif. Kabid Humas Polda Kalbar, Kombes Donny Charles Godan menambahkan, dua pendemo lagi positif mengunakan narkoba jenis ganja.

"Dari sebanyak 35 orang yang diamankan, yakni sebanyak 26 orang oleh Polda Kalbar, dan sembilan orang oleh Polresta Pontianak, lima orang hasil tes cepatnya reaktif Covid-19, dan dua lagi positif menggunakan narkoba jenis ganja," kata Donny di Kota Pontianak, Jumat (9/10).

Dia menjelaskan, para pendemo tersebut diamankan dulu, sementara untuk proses tes usap bagi yang reaktif masih menunggu koordinasi dengan Tim Gugus Tugas Covid-19 dari Provinsi Kalbar

"Kami imbau kepada mahasiswa atau masyarakat agar tidak terpancing oleh isu-isu provokatif. Silakan gunakan jalur judicial review untuk menolak UU Omnibus Law cipta kerja, bukan dengan cara membuat kericuhan yang hanya merugikan semua pihak," ujar Donny.

Dan kepada, para pengunjuk rasa agar tetap mematuhi atau melaksanakan protokol kesehatan, seperti menggunakan masker dan menjaga jarak guna menghindari penyebaran Covid-19. "Karena kalau hal itu tidak dipatuhi, malah dikhawatirkan akan menimbulkan klaster baru penyebaran Covid-19," ujar Donny.

Menurut dia, kepolisian tidak menginginkan aksi maupun unjuk rasa, karena bisa berdampak atau menimbulkan klaster baru penyebaran Covid-19 di Kota Pontianak dan Kalbar umumnya.

"Artinya boleh-boleh saja menyampaikan aspirasi, asalkan bijaksana, tidak dengan kekerasan, serta tidak mudah terprovokasi, dan yang paling penting tetap mematuhi protokol kesehatan, seperti menggunakan masker dan jaga jarak," ujar Donny.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement