REPUBLIKA.CO.ID, oleh Abdurrahman Rabbani, Dessy Suciati Saputri, Antara
Masih tingginya kasus Covid-19 membuat rumah sakit masih dipadati pasien virus corona jenis baru. Kekurangan tempat tidur di rumah sakit bagi pasien Covid-19 pun masih terus terjadi.
Sejumlah rumah sakit swasta rujukan di Kota Bekasi, Jawa Barat, mulai kehabisan ruang isolasi dilengkapi penyerap partikulat efisiensi tinggi (hepa filter) danb erventilator untuk merawat pasien Covid-19. "Datanya sudah 490 sekian pasien Covid-19 tetapi data itu bergerak terus ya. Ini gejala ringan dan gejala berat. Berarti hampir sebagian besar rumah sakit full, terutama yang butuh ventilator. Jadi kalau misalkan ada kasus berat, Kota Bekasi sudah tidak bisa menampung," kata Ketua Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI) Kota Bekasi Eko Nugroho, Selasa (15/9).
Eko mengatakan ada tiga jenis ruangan isolasi. Pertama ruangan isolasi bertekanan negatif dengan ventilator, lalu ruangan bertekanan negatif tanpa ventilator, dan terakhir ruangan isolasi biasa.
Saat ini rata-rata ruangan yang paling banyak tersedia hanya untuk pasien Covid-19 dengan gejala ringan. Sementara ruang isolasi bertekanan negatif dengan ventilator di rumah sakit swasta rujukan kini semakin terbatas.
Padahal kapasitas tempat tidur untuk isolasi pasien gejala ringan hingga berat di rumah sakit swasta Kota Bekasi sudah ditambah seiring penambahan kasus Covid-19. Dari semula hanya ada 199 tempat tidur kini sudah ditambah menjadi 464 tempat tidur isolasi bagi pasien gejala ringan hingga berat sedangkan ruang isolasi dengan ventilator tidak bertambah banyak karena keterbatasan biaya.
"Karena menampung gejala berat itu butuh ventilator. Butuh alat untuk filter di ruang isolasi dan itu harganya tidak murah," ujarnya.
Dengan kondisi saat ini dia khawatir akan berimbas pada tingginya kemungkinan angka kematian pasien Covid-19. Terutama pasien yang memiliki gejala berat atau memiliki riwayat penyakit bawaan sebab pertolongan pertama untuk pasien Covid-19 yang bergejala berat menjadi sulit ditangani.
"Kalau berat dan harus pakai ventilator berarti lebih dari 50 persen kemungkinannya (tingkat potensi kematian) secara medis. Kemungkinan selamatnya tipis. Memang takdir di tangan Tuhan tetapi secara medis hitungannya begitu," katanya.
ARSSI berjanji akan tetap melakukan upaya semaksimal mungkin untuk keselamatan pasien Covid-19 meski tempat tidur dengan ventilator terbatas. Ia juga berharap pemerintah menambah tempat tidur isolasi dengan ventilator untuk menekan angka kematian Covid-19 di Kota Bekasi.
"Kita akan lakukan penanganan semaksimal mungkin yang bisa kita lakukan. Semua perkembangan Covid-19 di rumah sakit sudah disampaikan langsung ke Pemkot Bekasi. Jadi, sebetulnya sudah terpikirkan sejak awal oleh Pemkot," ucapnya.
"Jadi investasi di bidang alat kesehatan tidak mudah, mahal, maka sedianya pemerintah sudah berupaya meminta sumbangan atau apa gitu untuk beli alat ventilator itu," imbuh dia.
Kekurangan tempat tidur bagi pasien Covid-19 juga terjadi Tangerang Selatan. Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany mengatakan ketersediaan tempat tidur di kamar isolasi dan ruang ICU di 12 rumah sakit rujukan mulai menipis. Pemkot sedang berkoodinasi dengan sejumlah rumah sakit swasta untuk menambah kamar isolasi bagi pasien Covid-19.
Meningkatnya kasus positif Covid-19 dalam beberapa waktu belakangan, membuat sejumlah rumah sakit rujukan di Tangsel mulai terisi penuh. Ketersediaan kamar isolasi pasien Covid-19 kini sudah tak banyak tersedia.
“Ada komitmen dari rumah sakit swasta, mereka akan menambah fasilitas dengan penambahan sejumlah kamar bagi pasien Covid-19," kata Airin dalam keterangan, Selasa (15/9).
Menurutnya penambahan ruang isolasi tersebut harus dibarengi ketersediaan tenaga kesehatan. Kini pihaknya tengah mempercepat proses perizinan agar rumah sakit swasta bisa segera menangani pasien Covid-19. "Kami akan dorong perizinannya harusnya lebih cepat lagi. Walaupun sekarang sudah cepat harus lebih cepat," katanya.
Sementara Wakil Wali Kota Tangerang Selatan Benyamin Davnie mengatakan sebagai besar penambah angka kasus positif Covid-19 di wilayahnya merupakan imported case. Berdasarkan data, ada sekitar 75 persen kasus positif Covid-19 yang bertambah disebabkan oleh interaksi warga ketika berada di luar daerah.
"Ya memang kasus terkonfirmasi positif belakangan ini 75 persen itu imported case, hasil interaksi warga sini ketika di luar Tangerang Selatan," katanya.
Benyamin melanjutkan, kebanyakan pasien positif yang beraktivitas sehari-hari di luar daerah, mereka tidak menyadari jika terpapar Covid-19 ketika kembali ke Tangsel. Mereka pun menularkan Covid-19 ke orang lain di rumahnya maupun di lingkungannya.
"Kebanyakan kita itu orang tanpa gejala (OTG). Jadi mereka tanpa sadar tertular di luar Tangsel, kemudian dia membawa ke Tangsel," jelasnya.
Ruang isolasi dua rumah sakit umum daerah (RSUD) khusus penanganan Covid-19 di Jakarta Barat juga menuju kapasitas maksimal. Saat ini ruang isolasi sudah terpakai melebihi 50 persen dari kapasitas tempat tidur yang ada.
"Saat ini di RSUD Cengkareng sudah 186 tempat tidur yang terpakai. Sementara RSUD Kalideres sudah 17 tempat tidur terpakai," kata Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat, Kristi Wathini, Selasa (15/9).
Ia menyebutkan kapasitas tempat tidur isolasi RSUD Cengkareng adalah 270 ruangan dan RSUD Kalideres sebanyak 25 ruangan. Kristi menjelaskan klasifikasi pasien yang dirawat di RSUD Cengkareng adalah pasien dengan kategori gejala sedang, berat dan kritis. Sedangkan untuk RSUD Kalideres, pasien yang dirawat yakni dengan gejala ringan dan sedang.
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo menegaskan, pemerintah terus berupaya keras mencari solusi mengatasi masalah terbatasnya ketersediaan fasilitas kesehatan untuk pasien Covid-19. “Terkait masalah ketersediaan fasilitas kesehatan yang sudah diinformasikan tentang jumlah yang semakin terbatas. Apabila tidak ditangani dengan baik, maka tanggal 17 September mendatang dikhawatirkan akan penuh. Akan kami jelaskan, bahwa Pak Menkes dan jajaran TNI Polri telah melakukan berbagai langkah, bekerja sama dengan dinas kesehatan Provinsi DKI, termasuk didukung oleh seluruh pimpinan rumah sakit Covid di Jakarta,” ujar Doni, Senin (14/9).
Doni mengakui, jumlah penggunaan ruang ICU terus meningkat di sejumlah rumah sakit. Bahkan ia menyebut terdapat 20 rumah sakit rujukan Covid di Jakarta yang tingkat hunian tempat tidur ICU sudah mencapai 100 persen. Namun, ruang ICU di 47 rumah sakit rujukan Covid lainnya masih tersedia. Bahkan, kata dia, Menkes telah menambah kapasitas ruang ICU untuk sekitar 40 rumah sakit rujukan, terutama milik pemerintah pusat dan BUMN.
“Jadi kekhawatiran bahwa tanggal 17 September yang akan datang itu rumah sakit penuh semua, mudah-mudahan bisa kita atasi dengan baik,” jelas dia.
Pemerintah pusat dan daerah juga telah menyiapkan lebih banyak tempat karantina mandiri bagi pasien Covid agar tak melakukan isolasi mandiri di rumah. Doni mengatakan, pemerintah telah bekerja sama dengan sejumlah hotel bintang 2-3 untuk menyediakan fasilitas isolasi, termasuk di DKI Jakarta, Depok, Bekasi, Medan, Semarang, dan juga di Surabaya.
“Jadi di kota-kota ini, selain tempat isolasi dan karantina mandiri yang disiapkan pemda, pusat juga siapkan hotel bintang 2-3,” tambah Doni.
Sementara itu, ia mengatakan tempat tidur bagi pasien dengan gejala ringan hingga sedang masih tersedia di rumah sakit darurat Wisma Atlet. Dari tiga ribu total tempat tidur yang tersedia, baru terisi sekitar 1.600 tempat tidur. Pemerintah juga menyediakan 1.600 tempat tidur untuk flat isolasi mandiri di tower 4 dan 5 Wisma Atlet. “Dan baru terisi sekitar 85 bed tadi malam,” ucap dia.
Doni pun meminta agar masyarakat di Jakarta tak khawatir terkait ketersediaan kapasitas tempat tidur bagi pasien Covid. Ia menjamin, pemerintah telah menyiapkan ruang isolasi di sejumlah hotel apabila kapasitas di rumah sakit Wisma Atlet sudah terisi penuh.
“Termasuk kami sampaikan pesan kepada Gubernur DKI, untuk sementara jangan lagi gunakan tempat-tempat misalnya GOR, balai-balai yang mungkin kualitasnya tidak memadai. Sehingga kenyamanan masyarakat yang mendapat perawatan bisa lebih maksimal,” ungkap Doni.
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menerangkan pemerintah menyiapkan 11.637 tempat tidur bagi pasien Covid-19 yang masuk dalam kategori Orang Tanpa Gejala (OTG) dan bergejala ringan baik di RS Darurat Wisma Atlet, balai pelatihan kesehatan maupun hotel. "Khusus untuk DKI Jakarta berdasarkan pengecekan langsung, pengamatan dan sidak di lapangan, per 13 September 2020 pukul 12.00 WIB, masih mampu melakukan perawatan pasien Covid-19 dengan rincian untuk merawat pasien gejala sedang masih terdapat ruang isolasi pasien yang kosong berjumlah 1.088 tempat tidur dari 4.271 tempat tidur yang ada," kata Terawan, Senin (14/9)
"Dalam beberapa hari ke depan ruang isolasi ditambah 1.022 tempat tidur sehingga menjadi 5.293 tempat tidur," lanjutnya.
Artinya jumlah tempat tidur kosong ruang isolasi adalah sejumlah 2.110 tempat tidur bagi pasien Covid-19 bergejala sedang. "Sedangkan untuk merawat pasien Covid-19 bergejala berat yang perlu ruang ICU, terdapat ruang ICU kosong 115 tempat tidur dari 584 tempat tidur ICU yang ada dan dalam beberapa hari ke depan dapat ditambah 138 tempat tidur ICU sehingga total menjadi 722 tempat tidur," tambah Terawan.
Terawan juga menyatakan ada kecukupan relawan untuk penanganan Covid-19. "Total relawan tenaga kesehatan Nusantara Sehat dan 'internship' yang sudah ditempatkan ada sebanyak 16.286 orang tersebar di RS rujukan Covid-19 dan laboratorium sarana kesehatan untuk melayani terkait Covid-19 dan masih ada 3.500 dokter 'internship', 800 tenaga Nusantara Sehat," ungkap Terawan. Selanjutnya masih ada 685 relawan termasuk dokter spesialis paru, anastesi penyakit dalam, dokter umum, perawat dan lainnya yang siap untuk diturunkan di berbagai RS untuk membantu bila dibutuhkan tenaga tambahan.