REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengaku bersyukur karena hasil tes swab pengecekan kesehatan fisik sebagai relawan testing vaksin Covid-19, negatif. Artinya, ia lolos ke tahap selanjutnya.
Selanjutnya, masih ada empat rangkaian tes yang harus dijalani selama enam bulan ke depan.
"Hasil tes swab saya tadi negatif Covid-19. Sehingga, besok lolos untuk penyuntikan pertama di Puskemas Garuda lagi," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil.
Emil menjelaskan, setelah itu ia akan di montor pemberian vaksin dilakukan bertahan di kunjungan ketiga. "Kalau imun naik 90 persen ini bisa menjadi bukti nanti untuk produksi vaksin di Biofarma," katanya.
Seperti yang telah diberitakan sebelumnya, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil bersama Pangdam/III Siliwangi Mayjen TNI Nugroho Budi Wiryanto dan Kapolda Jabar Irjen Pol Rudy Sufahriadi memulai rangkaian sebagai relawan uji klinis vaksin Covid-19 di Puskesmas Garuda, Kota Bandung, Selasa (25/8). Dalam kunjungan tahap I tersebut, Ridwan Kamil melakukan pengecekan kesehatan fisik.
"Hari ini, saya memulai rangkaian proses testing vaksin. Ternyata ada beberapa tahap. Tahap I pengecekan fisik kesehatan di dalam. Saya di tes swab juga, kalau ini lolos baru suntik vaksin di beberapa hari kemudian," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil.
Emil menjelaskan, proses testing vaksin Covid-19 ini ada 5 kali. Jadi, ada 5 kunjungan. Kali ini, adalah kunjungan yang pertama.
"Ada lima kunjungan, nanti sampai 6 bulan ke depan," katanya.
Dalam kunjungan pertama, kata dia, dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan dirinya, lolos ke kunjungan kedua. Yakni, dijadwalkan 3 hari dari sekarang.
"Saat kunjungan pertama ini, saya dicek kondisi kesehatan, berat badan, wawancara riwayat kesehatan untuk memastikan kondisi awal memungkinkan atau tidaknya lolos tahap II," katanya.
Namun yang terpenting, kata dia, hari ini ia menandatangani perjanjian kesukarelawan. Saat ini, sudah lebih dari 2000 yang mendaftar menjari relawan testing vaksin Covid-19. Namun, akan dipilih 1.620 sesuai kriteria. Karena, dalam perjalanannya ada satu dua yang tak lanjut.
"Kami diterangkan risiko-risikonya. Yang kami pahami, dalam sejarahnya tes vaksin tak ada efek samping di tes pertama dan kedua," katanya.
Jadi, kata Emil, ia optimistis kesukseksan akan terjadi selama 6 bulan ke depan. Karena, pada tes pertama dan kedua di luar Indonesia pun keberhasilan imunitas di atas angka 90 persen. "Karena pada hakekatnya tak ada vaksin yang 100 persen. Jadi 90 persen sudah baik," katanya.