REPUBLIKA.CO.ID, MANADO -- Masa tanggap darurat bencana banjir bandang dan tanahlongsor di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Sulawesi Utara, ditetapkan hingga 6 Agustus 2020.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Raditya Jati mengatakan status tanggap darurat yang ditetapkan 14 hari ini untuk memudahkan akses penanganan darurat merespons dua kejadian bencana di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan.
"Dua kejadian terjadi hampir bersamaan, pada 24 Juli 2020 banjir merendam tujuh kecamatan, sedangkan pada 31 Juli hingga awal Agustus 2020 banjir kembali menggenangi dan bahkan merusak pemukiman," ujar Raditya dalam siaran pers yang diterima di Manado, Selasa (4/8).
Tak hanya banjir, longsor terjadi di beberapa titik yang menyebabkan distribusi logistik bantuan terhambat. Tim Reaksi Cepat (TRC) BNPB melaporkan bencana ini menelan satu korban jiwa dan 7.046 KK atau 22.655 jiwa terdampak banjir bandang dan tanah longsor.
Sedangkan kerusakan, BPBD setempat mengidentifikasi 64 rumah rusak berat dan 29 lainnya hanyut. Selain merusak pemukiman, bencana banjir juga menghantam beberapa jembatan, seperti jembatan Kombot Timur, Salongo Satu, Salongo Besar, Bakida, Sinandaka dan Pakuku Jaya.
Pemerintah daerah dan unsur-unsur terkait telah membentuk pos komando (posko) untuk melakukan respons darurat. "Mereka telah menyalurkan makanan siap saji, air bersih dan bahan makanan kepada warga terdampak. Posko mengidentifikasi tiga kecamatan terisolasi sehingga pendistribusian bantuan logistik dilakukan melalui jalur perairan. Ketiga kecamatan tersebut yakni Helumo, Tomini dan Posigadan," ujarnya.
Kebutuhan yang diperlukan warga terdampak, antara lain makanan siap saji, perlengkapan dapur, kasur/tikar, selimut, tenda pengungsi, serta paket sandang. Air bersih dibutuhkan warga karena distribusi air terganggu setelah jaringan pipa air PDAM sebagian besar rusak, di sisi lain, keterbatasan mobil tangki air menghambat pendistribusian kepada warga terdampak.
Bantuan logistik BNPB telah tiba di Manado dan siap untuk pengiriman lanjutan menuju kabupaten terdampak.TRC BNPB di lokasi bencana telah mengkoordinasikan pendistribusian bantuan logistik dengan bantuan helikopter untuk menjangkau wilayah yang terisolasi. TRC BNPB juga telah berkoordinasi dengan kepala daerah dan jajaran untuk turut melakukan kaji cepat dan pendampingan posko.
Di samping itu, posko juga menurunkan ekskavator untuk membersihkan lumpur maupun material longsor pada ruas jalan penghubung antara Kabupaten Bolaang Mongondow dengan Bolaang Mongondow Selatan. Titik longsor terpantau di ruas jalan Doloduo – Molibagu, jalan Onggunoi – Pinolosian, jalan Molibagu-Momalia longsor (desa Pinolantungan), jalan Desa Tabilaa dan jalan Molibagu (belakang kuburan Molibagu) dengan kondisi gorong-gorong ambruk sekitar 3 meter.
Melihat kronologi kejadian, sejak 31 Juli 2020, pukul 18.45 waktu setempat sampai 1 Agustus hujan lebat masih turun di wilayah Bolaang Mongondow Selatan. Kondisi ini menyebabkan Sungai Bolangaso, Sungai Toluaya, Sungai Salongo, Sungai Nunuka, Sungai Mongolidia, Sungai Milangodaa dan beberapa anak sungai lain meluap menggenangi pemukiman masyarakat dan merusak rumah, fasilitas umum, serta infrastruktur.
Berdasarkan Analisis dan Prakiraan Hujan BMKG Nomor 7 bulan Juli 2020, diprediksikan curah hujan di beberapa wilayah Provinsi Sulawesi Utara pada Agustus hingga Oktober berkisar dari 201 mm - hingga 400 mm. Menyikapi hal ini, ajak dia, masyarakat diimbau selalu waspada dan siap siaga mengantisipi dampak fenomena alam tersebut, seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor dan angin kencang.