REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Komunitas peneliti muda dari UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Environmental Green (Evigreen Society) mengungkapkan 100 sampel ikan dan udang di Kali Surabaya telah terbiasa mengonsumsi plastik. Laporan ini mengindikasikan Kali Surabaya sudah dalam keadaan darurat mikroplastik.
Peneliti Evigreen Society, Aan Alfin Pamungkas telah membedah tujuh ekor ikan yang ditangkap di Kali Surabaya. Lebih tepatnya di bagian hulu kali, Mojokerto/Mlirip dan hilir sungai, Gunungsari.
"Semuanya mengandung mikroplastik," kata Aan saat dikonfirmasi Republika, Selasa (4/8).
Ikan yang berada di Gunungsari lebih banyak mengandung mikroplastik dibandingkan di hulu sungai, Mojokerto/Mlirip. Saat dibelah, ikan dari hilir sungai mempunyai 40 partikel mikroplastik. Sementara untuk ikan di wilayah Mojokerto/Mlirip hanya mengandung 21 partikel mikroplastik di dalamnya.
Umumnya, jenis mikroplastik yang paling banyak ditemukan dalam lambung ikan berasal dari sampah tekstil atau pakaian. Lebih tepatnya sampah plastik berjenis fiber dengan ukuran sekitar 20 mikron. Ukuran ini menyerupai plankton yang merupakan pakan ikan sehingga dikonsumsinya secara langsung.
"Atau saat mikroplastik ini menempel pada akar-akar tumbuhan yang terapung di Kali Surabaya seperti kangkung," jelasnya.
Peneliti Evigreen Society, Rafika Aprilianti juga menemukan hal serupa pada udang jenis Atyidae dan Palaemonidae. Jenis udang yang berada di Kali Surabaya itu telah mengonsumsi mikroplastik. Serupa dengan ikan, mikroplastik jenis fiber paling banyak ditemukan di tubuh udang.
Temuan Evigreen Society harus menjadi peringatan masyarakat untuk mengubah perilaku yang konsumtif dalam pemakaian plastik. Tidak hanya pada pengemasan makanan dan minuman tapi juga pemakaian alat pribadi yang banyak mengandung mikroplastik. Terlebih belum lama ini juga ditemukan puluhan tempat sampah di badan air dan bantaran Kali Surabaya.
Untuk melindungi Kali Surabaya dari ancaman mikroplastik, Evigreen Society mendorong pemerintah melakukan upaya pemulihan ekosistem Kali Surabaya. Salah satu caranya melalui edukasi kepada masyarakat secara terus menerus
Pemerintah juga perlu mendorong produsen untuk melakukan Extendeed Produsen Responsibility (EPR). Langkah ini bertujuan agar produsen bertanggungjawab atas sampah yang dihasilkan.
Evigreen Society meminta industri menyediakan sarana kontainer sampah plastik di bantaran Kali Surabaya. Kemudian mendesain ulang bungkus produksi sehingga mengurangi volume sampah.
"Masyarakat harus mengurangi pemakaian plastik sekali pakai," ucapnya.