REPUBLIKA.CO.ID, MALANG--Kali Surabaya dilaporkan telah tercemar bahan-bahan organik dengan konsentrasi tinggi. Kesimpulan ini diungkapkan melalui riset Komunitas peneliti muda dari UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Environmental Green (Evigreen Society).
Evigreen Society telah melakukan penilaian cepat untuk kontaminasi mikroplastik di ekosistem Kali Surabaya dari 10 Juli hingga 3 Agustus 2020. Hasil penilaiannya menunjukkan kualitas ekosistem Kali Surabaya telah dalam kondisi buruk. Hal ini ditandai dengan dominasi jenis plankton dan serangga air yang toleran terhadap pencemaran.
Peneliti Evigreen Society, Alaika Rahmatullah mengatakan, terdapat beberapa plankton dan serangga air yang bisa bertahan di Kali Surabaya. Di sisi lain, ada pula jenis sensitif lainnya yang dapat tersingkir dalam kompetisi. "Kesimpulan ini bisa diambil dengan melihat hasil penelitian Evigreen yang menunjukkan dominasi jenis-jenis plankton toleran yang ditemukan di Kali Surabaya," jelas Alaika, Selasa (4/8).
Di hilir Kali Surabaya, Evigreen menemukan plankton jenis Oscillatoria sp dan Pediastrum sp toleran terhadap kondisi air tercemar. Bahkan, jenis Pediastrum sp yang merupakan phytoplankton ini dapat bertahan hidup pada perairan yang tercemar timbal. Untuk informasi, hilir Kali Surabaya terletak di Gunungsari, Dukuh Pakis, Surabaya.
Sementara di hulu sungai, Evigreen Society menilai, keberadaan plankton berada di air sungai yang terkontaminasi bahan-bahan organik. Hulu Kali Surabaya sendiri berada di pintu air Mlirip, Jetis, Mojokerto. Lokasi ini disebut pula sebagai titik nol Kali Surabaya.
Berdasarkan hasil inventarisasi plankton, Evigreen menyimpulkan, Kali Surabaya telah tercemar bahan-bahan organik dengan konsentrasi tinggi. Plankton sendiri merupakan jasad renik yang melayang-layang secara pasif dalam air dengan bergantung pada arus. Selain berfungsi sebagai pakan ikan, beberapa jenis plankton berperan sebagai indikator kualitas air.
Di kesempatan serupa, Peneliti Evigreen Society, Kurnia Rahmawati telah mengidentifikasi jenis-jenis serangga air di Kali Surabaya. Kegiatan ini lebih tepatnya dilakukan di Bambe, Sumengko, dan Mlirip. Hasilnya, ketiga area ini didominasi serangga air jenis Baetidae ordo ephemeroptera. "Jenis ini merupakan serangga air yang toleran terhadap pencemaran akibat limbah organik yang terakumulasi di Kali Surabaya," katanya.
Menurut Kurnia, pencemaran bahan organik di Kali Surabaya berasal dari limbah domestik. Kemudian juga dari aliran Mandi Cuci Kakus (MCK), kotoran hewan ternak dan limbah pertanian. Lalu limbah pabrik makanan dan minuman serta pabrik gula yang dilepaskan di perairan Kali Surabaya.
Untuk melindungi Kali Surabaya dari ancaman pencemaran limbah, Evigreen Society mendorong pemerintah melakukan upaya pemulihan ekosistem Kali Surabaya. Salah satu caranya melalui edukasi kepada masyarakat secara terus menerus. Pemerintah juga perlu mendorong produsen untuk melakukan Extendeed Produsen Responsibility (EPR).
Langkah ini bertujuan agar produsen bertanggungjawab atas sampah yang dihasilkan. Evigreen Society meminta industri menyediakan sarana kontainer sampah plastik di bantaran Kali Surabaya. Kemudian mendesain ulang bungkus produksi sehingga mengurangi volume sampah. "Dan masyarakat harus mengurangi pemakaian plastik sekali pakai," katanya.