REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Koordinator Help Center Universitas Airlangga (Unair), Dr Liestyaningsih Dwi Dayanti menyatakan, pihaknya belum mengambil keputusan terkait masa depan mahasiswanya berinisial G, yang menjadi terduga pelaku pelecehan seksual fetish jarik berkedok riset. Puji beralasan, hingga saat ini Unair masih melakukan rapat guna memutuskan sanksi apa yang layak dijatuhkan kepada G, jika terbukti bersalah.
"Belum, tim komisi etik masih bersidang belum mengambil keputusan. Mudah-mudahan besok sudah diputuskan, nanti dikabari," ujar Liestyaningsih dikonfirmasi melalui pesan singkat, Senin (3/8).
Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (Unair), Puji Karyanto mengungkapkan, pihak Dekanat FIB Unair telah menggelar rapat melalui aplikasi zoom untuk menentukan nasib mahasiswa semester 10 dari jurusan Sastra Indonesia Unair tersebut. Meski demikian, Puji enggan mengungkapkan apa saja yang dibahas dalam rapat tersebut, dan apa hasil dari pembicaraan dengan pihak keluarga G.
"Saya belum dapat update ya. Tapi jam 11 tadi sudah rapat dengan pihak keluarga (G). Hasil itu kemudian nanti ditindaklanjuti oleh komisi etik. Kemudian, komsisi etik menyurati perihal rekomendasi kepada universitas dan fakultas untuk menentukan sikap," ujar Puji.
Sebelumnya, Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Trunoyudo Wisnu Andiko menegaskan, hinggi kini pihaknya masih melakukan penyelidikan awal terkait kasus pelecehan seksual fetish jarik berkedok riset. Trunoyudo memgakui adanya keterbatasan untuk mendalami kasus tersebut, karena hingga kini tidak ada pengaduan yang sah dari para saksi korban.
"Kita kan masih memiliki keterbatasan untuk adanya laporan pengaduan secara sah dari para saksi korban khususnya," ujar Trunoyudo.
Kasus ini mencuat di media sosial Twitter, setelah akun @m_fikris menulis thread terkait dugaan pelecehan seksual fetish jarik berkedok riset oleh mahasiswa Unair berinisial G. Ia mengaku menjadi korban pelecehan seksual yang dilakukan pria bernama Gilang. Akun Twitter tersebut membagikan cerita tersebut karena tidak ingin ada korban lain.