REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bio Farma akan melakukan uji klinis fase III 2400 unit vaksin Sinovac asal China bulan ini. Anggota Komisi IX DPR Netty Prasetiyani meminta agar pemerintah memastikan vaksin tersebut aman untuk diujicobakan.
"Harus dipastikan bahwa proses produksi dan pengedaran vaksin sudah sesuai standar WHO. Jangan sampai ada yang dilewatkan. Sebab vaksin yang cacat produksi atau di bawah standar pasti tidak aman dan membawa risiko tinggi pada penggunanya," kata Netty dalam keterangan tertulisnya kepada Republika.co.id, Senin (3/8).
Ia menjelaskan, berdasarkan standar organisasi kesehatan dunia (WHO), vaksin harus melalui uji coba ketat sebelum diedarkan ke masyarakat. Pengujian di laboratorium pada hewan percobaan meliputi uji keamanan, imunogenitas, dan efikasi, sedangkan uji klinis pada manusia dilakukan sebanyak tiga fase.
"Jika benar sudah uji coba fase I dan II, datanya harus transparan, jangan ada yang ditutup-tutupi. Kita tahu BPOM China pernah mengumumkan adanya sejumlah vaksin di bawah standar yang diproduksi dan diedarkan ke masyarakat. Ini kan berbahaya, apalagi jika digunakan pada anak-anak. Kita harus mengantisipasi hal tersebut agar jangan terjadi di Indonesia," ujarnya.
Politikus PKS itu menambahkan, pemerintah harus bisa menjelaskan kepada masyarakat alasan vaksin Sinovac yang dipilih untuk diujikan di Indonesia. Pemerintah diminta untuk menjelaskan kepada publik dengan komunikasi yang baik.
"Jangan sampai tersebar berita-berita yang menguatkan keraguan masyarakat atas tidak amannya vaksin tersebut. Jika memang aman dan prosesnya sesuai standar WHO, publikasikan datanya secara transparan. Jangan biarkan publik curiga dan menduga-duga ada sesuatu dalam pengujian vaksin tersebut" ungkap Netty.