REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI — Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Bekasi, mengeklaim, kondisi hewan qurban di wilayahnya yang dijual dalam kondisi sehat. Hingga saat ini, belum ada laporan mengenai penyakit hewan, seperti antraks maupun zoonosis lainnya.
Kepala Seksi Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Bekasi, drh Sari mengatakan, belum ada indikasi penyakit hewan yang mengkhawatirkan pada hewan-hewan qurban di Bekasi. “Yang dikhawatirkan itu kan antraks kemudian penyakit zoonosis saat ini belum lihat,” tutur Sari saat dihubungi Republika, Sabtu (25/7).
Sari menjelaskan, sejak 13 Juli 2020, tim melakukan verifikasi di tempat penjualan. Hampir di seluruh lapak penjualan hewan qurban diperiksa umurnya, kesehatan, juga kelayakan hewan qurban. “Kita periksa di lapak penjualan. Layak untuk qurban apa gak. Sehat apa tidak. Cukup umur apa tidak,” jelas dia.
Pihaknya juga berkoordinasi dengan Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) setempat. Apabila ada ditemukan bahaya pada organ hewan nantinya akan disampaikan ke DKM, yang sifatnya situasional.
“Misal ada penyakit berbahaya biasanya kita sarankan ke DKM. Kalau dagingnya bisa dikonsumsi itu harus diapkir. Tergantung situasional. Biasanya kita akan sampaikan ke DKM-nya,” tutur Sari
Sejauh ini, kata dia, penyakit yang ditemukan pada hewan qurban masih dalam level wajar seperti diare. Namun itu belum berbahaya karena masih bisa disembuhkan.
“Kalau diare biasanya hewan habis dari perjalanan jauh. Terus stress, pergantian makanan. Sama kayak kita. Kalau ke tempat baru makanan ga cocok. Terus diare. Itu tidak terlalu bahaya karena bisa disembuhkan,” ujar Sari.