REPUBLIKA.CO.ID, oleh Muhammad Nursyamsi, Rizky Jaramaya, Arie Lukihardianti, Sapto Andika Candra, Antara
Melawan dominasi Barat dalam hal industri vaksin, China saat ini memiliki delapan dari 19 kandidat vaksin Covid-19 yang diujicobakan kepada manusia. Di mana, vaksin produksi Sinovac saat ini menjadi salah satu dari dua vaksin di dunia yang memasuki fase tiga uji klinis atau uji coba terakhir sebelum diproduksi secara massal.
Seperti dilaporkan Reuters, Meski saat ini menjadi yang terdepan dalam pengembangan vaksin Covid-19, China menghadapi tantangan dalam hal pengujicobaan dalam skala yang luas. Indonesia, menjadi sedikit negara yang bersedia bekerja sama dalam hal uji klinis vaksin Covid-19.
Tidak ada negara besar di Eropa dan juga Amerika Serikat yang berminat bekerja sama dengan China, lantaran mereka juga fokus memproduksi vaksin sendiri. Terlebih, China memiliki citra buruk dalam hal produksi vaksin merujuk pada skandal masa lalu terkait keamanan dan produksi vaksin produksi Negara Tirai Bambu itu.
Pekan lalu, uji klinis fase tiga vaksin Sinovac digelar di Abu Dhabi, Ibu Kota Uni Emirat Arab (UAE). Uji klinis tahap tiga menjadi bagian dari kemitraan Kelompok Biotek Nasional China (CNBG) Sinopharm dengan perusahaan kecerdasan buatan dan komputasi awan yang berkantor pusat di Abu Dhabi, Group 42, serta Departemen Kesehatan Abu Dhabi.
Uji klinis dijadwalkan berlangsung selama tiga hingga lima bulan. Tim sudah memulainya sejak Rabu (15/7). Pengujian akan dilakukan pada para sukarelawan berusia 18 tahun sampai 60 tahun, yang merupakan penduduk di kota Abu Dhabi dan Al Ain, kata pemerintah.
Bangladesh juga telah menytujui uji coba fase ketiga vaksin Covid-19. Persetujuan ini dinyatakan ketika infeksi virus corona di Bangladesh terus meningkat.
"Kami telah memberikan izin untuk uji coba setelah meninjau protokol penelitian," ujar Direktur Dewan Penelitian Medis Bangladesh (BMRC), Mahmood Uz Jahan, dikutip Reuters, Ahad (19/7).
International Centre for Diarrhoeal Disease Research, Bangladesh (ICDDR,B) akan melakukan uji coba yang dimulai pada bulan depan. Jahan mengatakan, ada 4.200 sukarelawan dalam uji coba tahap ketiga tersebut. Separuh dari jumlah sukarelawan itu akan divaksinasi.
Uji coba akan dilakukan di tujuh rumah sakit rujukan Covid-19 di Dhaka. Selain Bangladesh, Sinovac juga akan memulai uji coba fase ketiga vaksin virus corona di Brazil.
Pada hari ini, Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga mengonfirmasi vaksin produksi Sinovac saat ini tengah menjalani uji klinis tahap ketiga di Indonesia. Menurutnya, Sinovac saat ini sedang dalam proses uji klinis di PT Bio Farma.
"Kami memang berharap nanti setelah lewat uji klinis yang ada ini dan dites nanti, maka bisa diproduksi juga di Indonesia," ujar Arya di Jakarta, Senin (20/7).
Arya menyebut, Bio Farma memiliki kemampuan dalam melakukan uji klinis terhadap vaksin. Menurut Arya, Bio Farma memiliki reputasi yang baik di kancah internasional yang mampu memproduksi dan uji klinis vaksin. Arya mengatakan banyak negara yang mengajak Bio Farma ikut terlibat dalam proses pencarian vaksin.
"Jangan heran kalau Bio Farma memang dipercaya beberapa negara untuk diikutsertakan," ucap Arya.
Arya menyampaikan, Bio Farma akan melakukan uji klinis secara menyeluruh terhadap vaksin Sinovac. Pasalnya, lanjut Arya, bisa saja Covid-19 yang ada di Indonesia berbeda dengan yang ada di China.
"Hal itu yang kita lakukan tes klinis apakah memang cocok dan bisa mematikan virus corona yang ada di Indonesia," kata Arya menambahkan.
Menurut Wakil Dekan FK Unpad (menjadi bagian kerja sama dengan Biofarma), Irvan Afriandi, hingga saat ini vaksin milik Sinovac memang belum bisa digunakan. Vaksin ini masih dalam tahap uji klinis.
"Justru agar dapat diedarkan secara aman, harus diuji dulu keamanannya melalui suatu uji klinis (clinical trial)," ujar Irvan ketika dihubungi, Senin (20/7).
Sementara menurut, Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat Berli Hamdani, keberadaan vaksin yang diimpor dari perusahaan farmasi di China itu tidak melalui Pemprov Jabar. Artinya, pemerintah pusat melalui Kementerian Kesehatan langsung berkoordinasi dengan FK Unpad maupun Biofarma.
Menurut Berli, berdasarkan pernyataan para ahli vaksi Covid-19 kemungkinan baru bisa ditemukan pada 2021. Vaksin ini didapat setelah melalui serangkaian uji klinis.
"Uji klinis itu memang lama bisa enam sampai tujuh bulan," katanya.
Sementara menurut Humas Bio Farma, Edwin G Pringadi, untuk informasi awal yang bisa dijawab adalah vaksin sudah diterima di Bio Farma pada Ahad (19/7). Untuk jumlah yang diterima, sebanyak 2.400 vaksin
"Update lebih lengkapnya mohon untuk ditunggu ya," katanya.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menargetkan produksi vaksin Covid-19 bisa dilakukan dalam rentang Januari hingga April 2021. Indonesia memiliki beberapa perusahaan farmasi, seperti PT Bio Farma (persero) dan PT Kalbe Farma Tbk yang bekerja sama dengan perusahaan asing dalam riset produksi vaksin Covid-19. Perusahaan asing yang digandeng antara lain, Sinovac Biotech Ltd dari China dan Genexine asal Korea Selatan.
"Perlu enam bulan untuk uji terakhir, jadi kira-kira diproduksi Januari sampai April (2021)," jelas Jokowi di Istana Merdeka, Senin (13/7).
Bila vaksin berhasil diproduksi nanti, maka penggunaannya pun tak langsung sembarangan. Tenaga kesehatan dan kelompok rentan, terutama yang berada di zona merah, diprioritaskan untuk mendapat vaksin pertama kali.
Jokowi memprediksi, kebutuhan vaksin untuk Indonesia sebanyak 347 juta unit. Angka dengan asumsi, setiap satu orang bisa mendapatkan vaksin lebih dari satu kali.
"Tahun depan kita perkirakan memproduksi 170 juta vaksin," kata Jokowi.