Senin 13 Jul 2020 19:52 WIB

Jokowi Targetkan Vaksin Covid Produksi Januari 2021

Indonesia menjalin kerja sama dengan perusahaan farmasi dan China dan Korea Selatan.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Andi Nur Aminah
Presiden Joko Widodo (kanan)
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Presiden Joko Widodo (kanan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menargetkan produksi vaksin Covid-19 bisa dilakukan dalam rentang Januari hingga April 2021. Indonesia memiliki beberapa perusahaan farmasi, seperti PT Bio Farma (persero) dan PT Kalbe Farma Tbk yang bekerja sama dengan perusahaan asing dalam riset produksi vaksin Covid-19. Perusahaan asing yang digandeng antara lain, Sinovac Biotech Ltd dari China dan Genexine asal Korea Selatan.

"Perlu enam bulan untuk uji terakhir, jadi kira-kira diproduksi Januari sampai April (2021)," jelas Jokowi di Istana Merdeka, Senin (13/7).

Baca Juga

Bila vaksin berhasil diproduksi nanti, maka penggunaannya pun tak langsung sembarangan. Tenaga kesehatan dan kelompok rentan, terutama yang berada di zona merah, diprioritaskan untuk mendapat vaksin pertama kali.

Jokowi memprediksi, kebutuhan vaksin untuk Indonesia sebanyak 347 juta unit. Angka dengan asumsi, setiap satu orang bisa mendapatkan vaksin lebih dari satu kali. "Tahun depan kita perkirakan memproduksi 170 juta vaksin," kata Jokowi.

Indonesia memang sengaja menjalin kerja sama dengan beberapa perusahaan farmasi sekaligus dalam riset vaksin. Alasannya, menurut Jokowi, agar Indonesia bisa secepatnya memproduksi vaksin sendiri. Indonesia sebenarnya sudah punya pengalaman banyak dalam produksi vaksin. Misalnya, vaksin polio yang diproduksi oleh Bio Farma.  "Kuncinya satu, vaksin. Dan //ngerem agar covid tidak naik secara drastis," kata Jokowi.

Sebelumnya, Menristek Bambang Brodjonegoro menyebutkan bahwa vaksin yang akan diproduksi merupakan vaksin DNA yang akan diujicobakan ke manusia untuk mengetahui efektivitas dan keamanannya dalam mencegah virus corona penyebab Covid-19 menginfeksi. Pada dua kerja sama uji klinis itu, katanya, transfer teknologi hanya akan terjadi saat di tahap produksi vaksin, dan tidak di tahap pengembangan vaksin. Karena kedua perusahaan telah membuat sendiri bibit vaksin berdasarkan virus yang beredar di negaranya.

Bambang menuturkan, ada tiga pilihan terkait pengembangan dan produksi vaksin, yakni membuat dan memproduksi vaksin sendiri secara mandiri, mengembangkan dan memproduksi vaksin bersama dengan pihak luar, serta hanya memproduksi vaksin bersama dengan pihak luar. Tiga opsi tersebut, kata Bambang, tetap mendapat perhatian dari pemerintah Indonesia untuk mempercepat diperolehnya vaksin Covid-19 yang ampuh untuk di Tanah Air. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement