Senin 13 Jul 2020 16:38 WIB

Ada Rindu Hingga Kebiasaan Baru di Tahun Ajaran Baru

Kemendikbud tegaskan sekolah dilarang menggelar MPLS tatap muka di tahun ajaran baru.

Sejumlah murid kelas 1 duduk di ruang kelas di SD Negeri 1 Praja Taman Sari di Desa Wonuamonapa, Konawe, Sulawesi Tenggara, Senin (13/7/2020). Pihak sekolah terpaksa menerapkan pembelajaran dengan tiga kali pertemuan tatap muka di sekolah dalam sepekan karena terbatasnya jaringan telekomunikasi untuk penerapan pembelajaran jarak jauh secara daring guna mencegah penyebaran COVID-19.
Foto: ANTARA/JOJON
Sejumlah murid kelas 1 duduk di ruang kelas di SD Negeri 1 Praja Taman Sari di Desa Wonuamonapa, Konawe, Sulawesi Tenggara, Senin (13/7/2020). Pihak sekolah terpaksa menerapkan pembelajaran dengan tiga kali pertemuan tatap muka di sekolah dalam sepekan karena terbatasnya jaringan telekomunikasi untuk penerapan pembelajaran jarak jauh secara daring guna mencegah penyebaran COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Bowo Pribadi, Inas Widyanuratikah, Antara

Hai, Shafira… Apa kabar?, aku kangen kamu, teman-teman yang lain, suasana sekolah juga!

Baca Juga

Senin (13/7) pagi, Shaita Yusierly Amry, mengawali hari pertama sekolahnya dengan bertemu teman-teman sekelasnya secara daring. Ia berkomunikasi dengan fitur panggilan video aplikasi Microsoft Teams bersama murid dan guru SD Islam Istiqomah.

“Iya, sama… kapan ya kita bisa sekolah lagi?,” jawab Shafira El Hijri, lawan bicara dalam panggilan video tersebut. “Kata ayahku, sekarang sudah mulai tahun ajaran baru, tapi belum tahu kapan sekolah tatap muka bisa dilaksanakan kembali,” tambah Shafira.

Sepenggal dialog ini terungkap dalam komunikasi paggilan video dua murid kelas 6A SD Islam Istiqomah, Ungaran, Kabupaten Semarang, yang dilakukan bersamaan dengan dimulainya tahun ajaran baru 2020/2021.

Kedua muris tersebut sudah lebih dari empat bulan belajar dari rumah akibat dampak penyebaran pandemi Covid-19 di wilayah Kabupaten Semarang. Setelah lama hanya belajar dari rumah, sekarang ia merasa kangen dengan suasana sekolah, rindu bertemu dengan bapak ibu guru dan juga teman-teman. “Ada kejenuhan juga, setelah kenaikan kelas kemarin, juga tidak bisa merayakan berama teman-teman di sekolah,” katanya.

Sementara itu, dengan dimulainya tahun ajaran baru ini, beberapa sekolah yang berada di zona hijau penyebaran Covid-19 Kabupaten Semarang telah melaksanakan kegiatan di sekolah secara tatap muka. Salah satunya di SMPN 1 Bancak, Kecamatan Bancak.

Hari ini, proses Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di SMPN Bancak bagi siswa baru kelas 7 sudah dilaksanakan secara tatap muka. Kepala SMPN 1 Bancak, Endang Widiastuti, mengatakan sebelum kegiatan tatap muka di sekolah pada tahun ajaran baru 2020/ 2021 sekolahnya memulai dari tahapan penyiapan fasilitas protokol kesehatan serta sosialisasi Penyelenggaraan Pembelajaran di Sekolah dengan Kebiasaan Baru (PPSKB) secara bertahap.

Sekolah juga melakukan penyebaran angket persetujuan dari orang tua siswa terkait dengan kegiatan belajar secara tatap muka di sekolah, beberapa pekan lalu. Sesuai dengan ketentuan proses tahun ajaran baru dimulai Senin 13 Juli 2020, namun untuk pelaksanaannya pihak sekolah juga harus mendasarkan pada persetujuan dari seluruh orang tua siswa.

“Sekaligus juga kami tawarkan kepada orang tua siswa, apakah mau pembelajaran tatap muka, pembelajaran dari rumah atau blended learning (gabungan) pembelajaran tatap muka dengan  PDR (daring),” jelasnya.

Dari 375 orang tua peserta didik ada di SMPN 1 Bancak, jelas Endang, sebanyak 328 orang tua (86,7 persen) setuju dengan proses pembelajaran gabungan tatap muka dan daring. Setelah disetujui oleh Dinas Pendidikan Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Disdikbudpora) Kabupaten Semarang, hari ini mulai dilaksanakan kegiatan belajar tatap muka di sekolah bagi kelas 7.

Jadwal yang telah disusun sekolah meliputi kelas 7 belajar tatap muka hari Senin dan hari Kamis, kelas 8 hari Selasa dan Jumat dan kelas 9 hari Rabu dan hari Sabtu. Demikian pula untuk jadwal belajar daring ada lagi tersendiri.

Hari ini, siswa kelas 7 memulai kegiatan belajar tatap muka dengan MPLS. Protokol kesehatan diterapkan mulai dari gerbang sekolah, semua siswa yang datang wajib memakai masker dan dicek terlebih dahulu suhu tubuhnya.

Selanjutnya, siswa diarahkan untuk mencuci tangan dengan sabun sambil tetap menerapkan physical distancing. Kemudian di depan kelas sudah ada bapak ibu guru yang mendampingi dan mengarahkan siswa masuk di kelasnya masing- masing.

Karena di SMPN 1 Bancak kelas 7 ada empat rombongan belajar (rombel) maka hari ini ada delapan ruang kelas 7 yang dipakai. “Kami membaginya absen ganjil dan absen genap dan tiap kelas hanya diisi 17 bangku untuk 17 siswa,” tandasnya.

Sekretaris Komisi D DPRD Kabupaten Semarang, Joko Sriyono yang memantau pelaksanaan MPLS secara tatap muka di SMPN 1 Bancak menyampaikan, secara umum penerapan protokol kesehtan di sekolah tersebut sudah bisa berjalan.

Demikian halnya, berbagai fasilitas pendukungnya juga telah disiapkan dengan baik. Hanya saja, masih ada beberapa hal yang menjadi catatannya, agar penerapan PPSKB di sekolah tersebut bisa berjalan lebih baik.

Misalnya untuk membiasakan para siswa patuh menjaga jarak saat mereka antri masih harus benahi dan didorong lagi. “Jadi pada saat antri mereka masih harus diperingatkan untuk tetap menjaga jarak,” tegasnya.

Mayoritas siswa juga telah memakai masker dari rumah. Bagi mereka yang tidak membawa masker diberi oleh pihak sekolah. Demikian pula pada saat siswa pulang sambil menunggu orang tua yang menjemput juga masih jamak terlihat siswa yang bergerombol.

“Sehingga, kami harus meminta para guru sekolah untuk memperingatkan dan mengurai para siswa yang bergerombol tersebut agar tetap menjaga jarak sampai orang tua yang menjemput tiba,” tambahnya.

Ia juga menembahkan dari pantauan di lapangan, hari ini tiga sekolah telah memulai kegiatan di sekolah secara tatap muka. “Masing-masing SMPN 1 Bancak, SMPN 1 Tuntang dan SMAN 2 Tuntang,” jelasnya.

Sejumlah sekolah di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, hari ini tetap menggelar masa pengenalan lingkungan sekolah secara tatap muka. Hasil pantauan di beberapa sekolah, terlihat siswa masuk sekolahnya masing-masing dengan mengenakan pakaian bebas sambil membawa masker, seperti di SD maupun SMP.

Wakil Kesiswaan SMP 3 Kudus Kasruni di Kudus mengungkapkan hari ini (13/7) belum mulai masuk untuk proses belajar mengajar. Karena siswa yang masuk di hari pertama tahun ajaran baru 2020/2021 ini untuk koordinasi pihak sekolah dengan murid.

"Kami ingin memberikan pembekalan kepada siswa terkait teknis belajar di rumah atau daring," ujarnya.

Siswa yang masuk sekolah, kata dia, juga dilakukan bergantian untuk menghindari kerumunan, mengingat Kota kudus berstatus zona merah dan kasus penyebaran virus corona masih cukup tinggi. Setiap meja, kata dia, hanya diisi satu siswa sehingga setiap kelas diterapkan jaga jarak antar siswa.

Penerapan protokol kesehatan, lanjut dia, sudah dimulai sejak siswa datang ke sekolah dengan dilakukan pengecekan suhu tubuh. Kemudian para siswa diminta berjemur di halaman beberapa saat, sebelum masuk kelas secara bergiliran.

Sementara pantauan di SD Negeri 5 Ngembalrejo, juga tidak terlihat banyak aktivitas siswa seperti sebelumnya karena yang terlihat hanya beberapa siswa yang mempersiapkan diri untuk pulang. Menurut Pelaksana tugas Kepala Dinas Pendidikan, Kepemudan dan Olahraga Kudus Harjuna Widada hingga kini belum ada instruksi proses belajar mengajar dilakukan secara tatap muka di sekolah.

Kalaupun hari ini (13/7) para siswa baru masuk sekolah, kata dia, untuk perkenalan lingkungan sekolah serta pemberian buku petunjuk tentang pelaksanaan belajar mengajar secara daring (dalam jaringan), mengingat kondisi Kudus yang temuan kasus virus coronanya masih banyak. Selain itu, lanjut dia, siswa juga perlu mengetahui jenis aplikasi yang bisa digunakan untuk mengikuti proses belajar mengajar secara daring.

Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah (PAUD dan Dikdasmen) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Hamid Muhammad mengatakan sekolah dilarang menyelenggarakan masa pengenalan lingkungan sekolah atau MPLS secara langsung atau tatap muka. Larangan termasuk bagi sekolah di zona hijau

"Sekolah yang berada di zona hijau bisa menyelengarakan pembelajaran tatap muka, namun untuk MPLS tetap tidak diperbolehkan menyelenggarakan secara tatap muka atau langsung," ujar Hamid dalam keterangannya di Jakarta, Senin (13/7).

Dia menambahkan kesehatan dan keselamatan peserta didik merupakan hal yang utama pada saat ini.

Hamid menambahkan hingga saat ini belum ada laporan dari setiap dinas pendidikan mengenai berapa banyak yang sudah menyelenggarakan pendidikan tatap muka.S ebelumnya, Kemendikbud bersama Kemenkes, Kemendagri dan Kemenag telah mengeluarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) tentang Panduan Pembelajaran Pada Tahun Ajaran Baru dan Tahun Akademi Baru di Masa Pandemi Covid-19.

Untuk pembelajaran tatap muka, prosesnya dilakukan secara bertahap, yakni dimulai dari jenjang SMP dan SMA/SMK terlebih dahulu. Baru kemudian tiga bulan berikutnya untuk jenjang SD.

Kepala UPT SMPN Medan Rohanim menceritakan pelaksanaan PJJ di SMPN 38 Medan, yang masih berada di zona merah. Rohanim berbagi praktik tentang pelaksanaan MPLS secara virtual di SMPN 38 Medan melalui tayangan video.

Menurut Rohanim, masih ada saja orang tua murid yang menghendaki sekolah menyelenggarakan pembelajaran tatap muka layaknya sebelum masa pandemi. "Kami tetap memberlakukan PJJ sebagaimana arahan pemerintah," kata Rohanim.

Anggota Komisi X DPR Desy Ratnasari mengatakan orang tua dapat berkontribusi dengan mengawasi kegiatan belajar anak, mendampingi anak selama belajar di rumah, serta memfasilitasi kebutuhan belajar anak. "Penting bagi orang tua untuk mengetahui karakteristik anak, terutama terkait gaya belajar anak, sehingga dapat mendampingi anak belajar dengan optimal dan tetap menyenangkan, meskipun di rumah saja," kata Desy.

Ketua Departemen Epidemiologi FKM Universitas Indonesia, dr Tri Yunis Miko Wahyono menegaskan protokol kesehatan wajib diterapkan di sekolah yang sudah dibuka di zona hijau. Untuk sekolah pada jenjang yang lebih muda, ia menyarankan agar dibuat protokol kesehatan yang terkesan menyenangkan namun sembari membangun pemahaman kepada anak terkait pencegahan Covid-19.

"Kalau jaga jarak itu, kalau perlu dibuat garis-garis pembatas di sekolah. Harus digaris-garis seolah garis itu buat mainan, jadi belajarnya diatur," kata Miko.

Untuk semua jenjang sekolah, Miko juga menyarankan untuk menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Bila perlu, masker dan face shield digunakan untuk siswa dan guru demi upaya pencegahan yang maksimal.

Jarak antara siswa satu dan lainnya harus betul-betul diperhatikan. Guru memiliki tugas tambahan, selain mengajar yaitu mengawasi jarak antarmurid baik di dalam kelas maupun beraktivitas di luar kelas. "Semuanya lebih aman, upaya pencegahan kalau bisa lebih ya akan lebih baik," kata dia lagi.

Selain itu, ia mengingatkan agar sekolah di zona merah dilarang untuk dibuka. Hal ini penting mengingat bahaya yang dapat timbul pada anak ketika sekolah dibuka di zona merah.

Miko juga menyinggung soal adanya klaster baru yang terjadi di sejumlah pesantren. Menurutnya, jangan sampai peristiwa pesantren menjadi klaster baru terulang di sekolah-sekolah.

"Saya ragu kalau masih merah, kalau bisa ya jangan dibuka dulu. Jangan kasus Jawa Timur, Jawa Tengah terulang. Saya tidak sarankan untuk dibuka, dan gugus tugas pusat juga tidak sarankan untuk dibuka," kata Miko menegaskan.

photo
New Normal di Sekolah - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement