Senin 06 Jul 2020 14:48 WIB

JK: Jangan Harapkan Bantuan Negara Lain Saat Pandemi Covid

Jangan mengharapkan bantuan dari negara lain yang juga terkena pandemi

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Esthi Maharani
Ketua Umum Palang Merah Indonesia Jusuf Kalla
Foto: Republika
Ketua Umum Palang Merah Indonesia Jusuf Kalla

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Palang Merah Indonesia Jusuf Kalla (JK) berharap Indonesia mandiri dalam menangani masalah Covid-19 di Tanah Air. Indonesia, kata JK, jangan mengharapkan bantuan dari negara lain yang juga terkena pandemi saat ini.

"Jangan mengharap kita dapat bantuan, Jepang China, Amerika, Eropa karena mereka juga kena, jadi harus ada kemandirian bangsa," kata JK saat mengikuti web seminar bertajuk 'Kepemimpinan dan Kemanusiaan dalam membangun Bangsa, Senin (6/7).

Karena itu, JK berharap pemimpin di negeri ini dapat membawa kemandirian dan kebersamaan bangsa dalam penanganan Covid-19. Sebab, tanpa kebersamaan, maka apapun keputusan maupun langkah pemimpin tanpa diikuti rakyatnya tidak akan terlaksana.

"Kebersamaan itu contohnya, kalian seluruh masyarakat diminta di rumah saja, tapi tanpa kebersamaan orang akan melanggar, jaga jarak tanpa kebersamaan tidak akan berhasil," kata JK.

Namun demikian, Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 ini menilai pandemi Covid-19 membuat satu dengan negara lain membutuhkan kerjasama. Indonesia kata JK, membutuhkan sinergi dan kerjasama dalam hal pengalaman, pengetahuan dan informasi.Khususnya, dari negara-negara yang mampu mengendalikan virus Covid-19.

"Kita butuh pengalaman dari Korea, Vietnam bagaiamana mereka, kita bisa aja mempelajarinya. minta pengalaman dari Taiwan bagaimana, asal jangan mengharap bantuan material tapi pengalaman dan akses," kata JK.

Karena itu, ia menilai hubungan sinergi dengan negara luar harus tetap terjaga. Apalagi pandemi Covid-19 diprediksi tidak akan cepat hilang meski vaksin telah ditemukan.

Sebab proses pemberian vaksin tidak akan cepat, dan penemu vaksin akan lebih mengutamakan negaranya terlebih dahulu

"Mungkin kita dapat katakanlah September-Oktober tahun depan, kita punya penduduk 200 juta, kalau vaksin 200 juta bisa 1 juta per hari apakah bisa? itu butuh setahun. jadi apapun penemuan vaksin itu tahun depan itu baru bisa semua orang," katanya.

"Jadi masih, minta maaf, dalam 2 tahun dari sekarang kita masih pakai masker. Karena itu butuh sinergi, pengalaman, informasi dan sistem," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement