Kamis 18 Jun 2020 22:12 WIB

RS Swasta Non-Rujukan Surabaya Diminta tak Beratkan Warga

Biaya perawatan Covid-19 di RS non-rujukan bisa capai ratusan juta.

Rumah sakit swasta non-rujukan di Surabaya diminta tidak memberatkan warga yang terpapar Covid-19 dengan biaya perawatan yang tinggi.
Foto: Antara/Didik Suhartono
Rumah sakit swasta non-rujukan di Surabaya diminta tidak memberatkan warga yang terpapar Covid-19 dengan biaya perawatan yang tinggi.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Rumah sakit swasta non-rujukan di Surabaya diminta tidak memberatkan warga yang terpapar Covid-19 dengan biaya perawatan yang tinggi. Anggota DPRD Kota Surabaya William Wirakusuma, di Surabaya, Kamis (18/6), mengatakan di masa pandemi Covid-19 ketersediaan kamar di rumah sakit seluruh Surabaya semakin terbatas.

"Bahkan beberapa rumah sakit seringkali menolak warga karena kapasitasnya sudah penuh. Sehingga warga harus mencari ruang kosong yang tersedia termasuk ke rumah sakit swasta nonrujukan," katanya.

Baca Juga

Menurut dia, hal itulah kemudian permasalahan muncul karena biaya perawatan rumah sakit swasta nonrujukan yang tinggi terutama untuk warga kurang mampu dan warga yang tidak memiliki asuransi kesehatan. Anggota Komisi C DPRD Surabaya ini mengatakan memperoleh informasi rumah sakit swasta non-rujukan menetapkan biaya perawatan per hari sangat mahal.

"Bahkan saya mendapat informasi bahwa biaya perawatan untuk pasien Covid-19 sampai sembuh dengan biaya sendiri bisa mencapai ratusan juta rupiah," katanya.

Untuk itu, lanjut dia, pihaknya meminta agar rumah sakit swasta non-rujukan tidak memberatkan warga dengan menetapkan tarif yang tinggi kepada pasien lantaran ketersediaan kamar di rumah sakit semakin sedikit. Justru dengan kondisi seperti ini, lanjut dia, rumah sakit swasta non-rujukan bisa membantu pemerintah dengan menyediakan tempat-tempat perawatan tambahan dengan biaya terjangkau.

"Ada satu warga telepon saya secara pribadi, berkeluh kesah tentang biaya perawatan ibunya yang mahal sekali di salah satu rumah sakit swasta non-rujukan di Surabaya. Terpaksa dirawat di sana karena rumah sakit lainnya penuh," katanya.

Selain itu, lanjut dia, warga tersebut juga bercerita bahwa ayahnya sedang terbaring sakit strok di rumah dan juga akan di tes usap. Bahkan warga ini mengatakan kalau sampai ayahnya juga positif kemungkinan keluarganya merelakan karena tidak sanggup menanggung biayanya berobat yang mahal itu.

William berharap seluruh komponen masyarakat Surabaya bergotong-royong bersama-sama melawan wabah ini. Pada kesempatan itu, ia juga meminta warga Surabaya untuk benar-benar mentaati protokol kesehatan dengan ketat, dan menjaga kesehatan.

"Kapasitas rumah sakit semakin terbatas, mari kita menjaga diri supaya kasus positif tidak semakin bertambah. Mari sama-sama berjuang untuk kota ini," katanya.

Wakil Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) Jawa Timur dr. Dodo Anondo sebelumnya menyatakan sejumlah rumah sakit non-rujukan di Kota Surabaya ikut membantu penanganan pasien yang terpapar Covid-19. "Salah satunya adalah Rumah Sakit Darmo yang saat ini tengah menampung sejumlah pasien terkonfirmasi positif Covid-19," katanya.

Menurut dia, dukungan dari rumah sakit non-rujukan ini sangat diperlukan agar rumah sakit rujukan di Surabaya tidak overload, tidak melebihi kapasitas.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement