Kamis 18 Jun 2020 16:37 WIB

Inggris: China Ekploitasi Corona untuk Urusan di Hong Kong

Selain China, Rusia dan Iran dinilai juga memanfaatkan isu Corona.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Para pengunjuk rasa melakukan aksi protes di sebuah pusat perbelanjaan di Hong Kong, Selasa (9/6). Setahun sejak dimulainya protes anti-pemerintah Hong Kong, pemimpin kota Cina semi-otonom mengatakan bahwa semua pihak harus belajar dari kesulitan dan masa-masa sulit selama setahun terakhir.
Foto: AP / Vincent Yu
Para pengunjuk rasa melakukan aksi protes di sebuah pusat perbelanjaan di Hong Kong, Selasa (9/6). Setahun sejak dimulainya protes anti-pemerintah Hong Kong, pemimpin kota Cina semi-otonom mengatakan bahwa semua pihak harus belajar dari kesulitan dan masa-masa sulit selama setahun terakhir.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Inggris mengatakan China, Rusia dan Iran berusaha mengeksploitasi kelemahan yang diperlihatkan wabah virus Corona. London menyinggung Beijing menggunakan krisis kesehatan publik untuk meloloskan legislasi keamanan baru di Hong Kong.

"Virus Corona dan tantangan-tantangan yang telah diciptakannya telah memunculkan kesempatan atau peluang bagi berbagai negara atau aktor non negara dengan teknologi siber, melalui cara lain, saya pikir sehubungan dengan Hong Kong, kami telah melihatnya," kata Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab di stasiun televisi Sky News, Kamis (18/6).

Baca Juga

Raab mengatakan banyak orang berpendapat undang-undang keamanan Hong Kong yang diloloskan parlemen China bulan lalu diajukan ketika perhatian dunia tertuju pada pandemi virus Corona. Ia mengatakan sulit untuk membuktikan apakah argumentasi ini benar atau tidak.

Pemerintah-pemerintah di seluruh dunia mengalami ketegangan karena virus Corona. Krisis kesehatan publik ini adalah yang terburuk sejak wabah influenza tahun 1919. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kerap menuduh China gagal menanggulangi wabah ini.

China dan Rusia berulang kali membantah mereka berusaha mengeksploitasi negara-negara Barat. Mereka mengatakan tuduhan itu memperlihatkan histeria anti-Cina atau anti-Rusia.

"Kami tentu tahu Rusia terlibat dalam upaya menyebarkan propaganda dan informasi yang salah secara sistematis melalui siber dan cara lain, yang lain juga terlibat hal yang sama, China dan Iran, tapi saya tidak berpikir mungkin akan berdampak pada proses pemilihan di Inggris," kata Raab. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement