Jumat 05 Jun 2020 10:32 WIB

Pedagang Sayur Rasakan Manfaat JKN KIS

JKN KIS mengurangi kekhawatiran mahalnya biaya pengobatan

Novia pedagang sayur yang rutin membayar iuran BPJS Kesehatan. Ia mengaku sangat terbantu dengan program JKN KIS BPJS Kesehatan.
Foto: BPJS Kesehatan
Novia pedagang sayur yang rutin membayar iuran BPJS Kesehatan. Ia mengaku sangat terbantu dengan program JKN KIS BPJS Kesehatan.

REPUBLIKA.CO.ID, MUARA TEWEH -- Memilih mendaftar menjadi peserta program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) sejak pertengahan 2018 menjadi keputusan tepat bagi Novia (29 tahun) dan keluarga. Menyadari akan biaya pelayanan kesehatan yang semakin meningkat dan risiko sakit dikemudian hari.

Tanpa ragu Novia sekeluarga mendaftar sebagai peserta JKN-KIS pada segmen Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) Kelas 3. Tak disangka setelah 6 bulan rutin bayar iuran, pada akhir Januari 2019. Ia dan anaknya bergantian harus dirawat dan mendapatkan pengobatan di RSUD Muara Teweh.

Baca Juga

“Anak saya (Syarif) tiba-tiba demam tinggi dan timbul ruam atau bintik-bintik merah pada kulitnya, langsung dibawa ke IGD dan disarankan oleh dokter untuk rawat inap. Dari hasil pemeriksaan darah ternyata trombositnya rendah dan positif kena Demam Berdarah (DBD), untungnya kami punya JKN-KIS dan selalu rutin bayar iuran,” tutur Novia, Jumat (29/5) lalu.

Bersama dengan suami, Novita yang saat itu tengah hamil tua merawat buah hatinya hingga lima hari lamanya sampai akhirnya sembuh dan diperbolehkan pulang. Baru beberapa hari menikmati suasana rumah, pada Februari 2019 Novia harus kembali lagi ke rumah sakit namun tidak lagi untuk merawat anak pertamanya melainkan untuk persalinan anak keduanya.

Berdasarkan pemeriksaan, persalinan Novia tidak bisa dilakukan secara normal melainkan harus dengan operasi caesar. “Baru beberapa hari anak saya sembuh dari sakit DBD nya, manfaat JKN-KIS kembali saya rasakan, persalinan anak kedua saya harus dilakukan dengan operasi caesar, pasti biayanya tidak murah namun lagi-lagi dijamin oleh JKN-KIS,” ungkap Novia.

Berdagang sayur sebagai satu-satunya mata pencaharian keluarga sementara harus ia tinggalkan, selama dua minggu harus ia habiskan di ruang rawat Inap. Novia mengaku sangat beruntung bisa menjadi salah satu dari ratusan juta peserta JKN-KIS hingga menghilangkan kekhawatiran mahalnya biaya pengobatan dan juga merasa puas akan pelayanan yang diberikan.

“Entah bagaimana kami membayar biaya pengobatan jika tidak ada JKN-KIS, terbukti JKN-KIS sangat bermanfaat dan membantu masyarakat dengan pelayanan yang memuaskan,” tutup Novia sambil tersenyum.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement