Selasa 26 May 2020 12:11 WIB

Iuran BPJS Disesuaikan, Ini Respons Positif Masyarakat

Biaya pengobatan terus mengalami kenaikan akibat inflasi

Barito dan Yuliastutik peserta BPJS Kesehatan yang mersepons positif kenaikan iuran kembali.
Foto: BPJS Kesehatan
Barito dan Yuliastutik peserta BPJS Kesehatan yang mersepons positif kenaikan iuran kembali.

REPUBLIKA.CO.ID, PASURUAN -- Sudah sepekan berlalu sejak Pemerintah secara resmi menetapkan Peraturan Presiden (PerPres) Nomor 64 Tahun 2020, tentang penyesuaian kembali iuran BPJS Kesehatan. Beragam respons bermunculan hingga cuitan “BPJS” sempat mengisi tren teratas di jagad Twitter Indonesia pada 13 Mei 2020 lalu. Meski muncul protes yang beragam, namun tak jarang dukungan mengalir atas penyesuaian iuran yang berlaku di bulan Juli ini.

Yuliastutik misalnya, wanita berusia 28 tahun ini mengutarakan dukungannya perihal kebijakan Pemerintah dalam melakukan penyesuaian iuran kembali. Baginya, hal ini sangatlah lumrah lantaran biaya pengobatan yang ia tahu terus mengalami kenaikan harga akibat inflasi. Dirinya juga melihat kepedulian Pemerintah yang terus memberikan subsidi kepada peserta kelas III untuk segmen Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) dan Bukan Pekerja (BP).

Baca Juga

“Jadi kan memang ada orang yang (ekonomi) menengah ke atas maupun ke bawah. Kalau yang menengah ke atas ini mungkin tidak jadi masalah ya, tapi saya memaklumi untuk orang-orang yang selain mereka dengan naiknya iuran nanti. Tapi kan sehat ini mahal, jadi kalau berobat tanpa BPJS ini rasanya berat apalagi kalau sudah sakit sampai operasi. Saya yang penting BPJS ini terus ada karena kalau tidak kuat bayar bisa turun kelas dan di kelas III ini saya tahu ada bantuannya dari pemerintah,” ungkapnya saat sedang mengurus kepesertaan di Kantor Layanan Operasional Kabupaten Probolinggo.

Tutik, sapaan akrabnya, memang sudah lama menjadi peserta JKN-KIS. Meskipun belum pernah merasakan manfaatnya secara langsung, namun ia tahu persis bagaimana sang kakek terbantu dengan adanya Program JKN-KIS.

Diceritakannya, sang kakek pernah mengidap kanker prostat yang mengharuskannya dirawat di RSUD dr. Moh. Saleh, Kota Probolinggo selama sepekan. Tak hanya itu, orang tua Tutik juga pernah merasakan manfaat yang sama saat menjalani perawatan akibat penyakit lambung.

“Kalau merasakan Alhamdulillah tidak pernah ya, saya bersyukur dikasih sehat terus sama Allah SWT. Tapi dulu kakek pernah sampai ke rumah sakit karena sakit kanker prostat. Terus orang tua saya juga pakai BPJS waktu pengobatan sakit lambungnya. Bermanfaat sekali ya karena kalau gak ada BPJS pasti bingung keluarga saya. Jadi yang penting iurannya dibayar terus biar (kepesertaan) aktif terus karena kalau menunggak kita sendiri yang susah pas sakit tiba-tiba,” tuturnya.

Sementara itu, hal senada juga diungkapkan oleh Barito (64), salah seorang peserta JKN-KIS yang juga masih berjuang melawan diabetesnya. Ditemui usai mengurus kepesertaan di Kantor Layanan Operasional Kabupaten Pasuruan, dirinya sempat terkejut dengan kebijakan yang kembali dikeluarkan oleh pemerintah. Namun, saat banyak melihat pemberitaan di media televisi, ia memilih berdamai dengan keadaan, sembari bersyukur lantaran pengobatannya masih lancar dengan menggunakan BPJS Kesehatan.

“Kaget soalnya baru turun kok sudah naik lagi. Tapi pas tahu kalau ada subsidinya saya lega. Kalau memang untuk kebaikan dan pelayanannya juga ditingkatkan saya mendukung. Kalau saya yang penting itu dulu. Masalah kelas memang saya ambil yang kelas III karena terjangku dan yang penting saya bisa berobat terus pakai BPJS. Jadi, kalau untuk kebaikan bersama saya menerima, yang penting BPJS ini ada karena orang-orang memang membutuhkan,” pungkas bapak yang berprofesi sebagai kusir ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement