Kamis 21 May 2020 12:22 WIB

Gagal Ginjal di Usia Muda, BPJS Bangkitkan Semangat Juliana

Diharapkan masyarakat yang belum mendaftar menjadi peserta JKN-KIS segera mendaftar

 Juliana (25 tahun) salah satu peserta yang juga merasakan manfaat kehadiran Program JKN-KIS.
Foto: BPJS Kesehatan
Juliana (25 tahun) salah satu peserta yang juga merasakan manfaat kehadiran Program JKN-KIS.

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Ada banyak masyarakat yang menggantungkan biaya pengobatannya pada Program Jaminan Kesehatan Nasonal-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) yang dikelola oleh BPJS Kesehatan. Hal ini terlihat dari data pemanfaatan pelayanan kesehatan yang terus meningkat sejak BPJS Kesehatan resmi beroperasi pada tahun 2014.

Salah satu peserta yang juga merasakan manfaat kehadiran Program JKN-KIS ini adalah Juliana (25 tahun). Siapa sangka jika perempuan yang masih belia ini menderita gagal ginjal. Cuci darah merupakan kegiatan rutin yang ia lakukan sebagai penderita gagal ginjal sejak divonis pada tahun 2013 silam.

Baca Juga

“Pertama kali saya divonis untuk cuci darah adalah waktu saya masih kuliah semester enam, tepatnya bulan Mei 2013. Awalnya badan saya bengkak dan lemas. Saya pun langsung diperiksa di rumah sakit. Di sana baru ketahuan ternyata saya mengalami gagal ginjal,” tutur Juliana.

Baru sempat tiga kali cuci darah, ia memutuskan untuk berhenti karena memikirkan biaya yang harus dikeluarkan oleh orang tuanya. Bahkan ia sempat tiga bulan tidak melakukan prosedur cuci darah sampai akhirnya tubuh Juliana benar-benar drop.

"Terpaksa kembali saya melakukan cuci darah. Selama setahun cuci darah, biaya yang sudah dikeluarkan keluarga saya mungkin sudah mencapai Rp 250 juta. Rasanya ingin menangis setiap hari, tidak tega sama orang tua," kenangnya sedih.

Ketika JKN-KIS hadir pada tahun 2014, Juliana merasa sebersit harapan baru muncul dihadapannya. Ia pun segera mendaftarkan diri menjadi peserta JKN-KIS. Kini, tak terhitung sudah berapa kali ia menggunakan Kartu Indonesia Sehat (KIS) untuk menjalani setiap cuci darah yang sudah berlangsung kurang lebih lima tahun ini.

“Entahlah, kalau tidak ada Program JKN-KIS ini harus berapa banyak lagi uang yang harus dikeluarkan untuk cuci darah. Apalagi setahun belakangan ini saya sudah disuruh untuk tiga kali seminggu cuci darah. Saya sangat bersyukur dan berterima kasih kepada Program JKN-KIS ini,” ungkap Juliana.

Juliana yang sempat merasakan sebagai pasien umum mengaku tidak pernah mendapat pelayanan yang berbeda semenjak ia menjadi peserta JKN-KIS. Juliana berharap, masyarakat yang belum menjadi peserta JKN-KIS bisa segera mendaftarkan diri dan keluarganya selagi sehat.

"Jika jatuh sakit, tidak perlu risau memikirkan biaya. Mungkin untuk berobat sekali dua kali dengan uang sendiri, masih mampu. Tapi kalau harus dilakukan seumur hidup seperti cuci darah yang saya alami, pasti ada titik dimana kita tidak mampu lagi menanggung biayanya. Oleh karena itu, sebaiknya kita mendaftar JKN-KIS mumpung masih sehat," sarannya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement