Jumat 08 May 2020 23:04 WIB

Kementerian LHK Klaim Tanggulangi Karhutla di Masa Corona

Ada enam upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengendalikan karhutla di masa pandemi

Rep: Rr Laeny Sulistyawati / Red: Agus Yulianto
Foto udara kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan.
Foto: Antara/Bayu Pratama
Foto udara kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kementerian LHK) mengklaim telah melakukan upaya-upaya  untuk menanggulangi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) selama masa pandemi virus corona SARS-CoV2 (Covid-19). Upaya itu di antaranya melakukan teknologi modifikasi cuaca (TMC) seperti di Riau.

Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Kementerian LHK, Basar Manullang mengungkap, ada enam upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengendalikan karhutla di masa pandemi Covid-19.

"Pertama melaksanakan kegiatan monitoring hotspot, indeks pencemaran udara, dan SPBK tetap dilakukan dan tetap didesmininasikan melalui website http://sipongi.menlhk.go.id," ujarnya saat webinar BNPB, Jumat (8/5).

Kedua, dia melanjutkan, groundcheck titik panas tetap dilakukan menindaklanjuti informasi titik panas dan informasi dari masyarakat. Ketiga, ia menyebutkan tetap melaksanakan upaya pemadaman darat dan udara sedini mungkin.

Ia menambahkan, operasi pemadaman karhutla di Riau mulai dilakukan pekan depan dan selanjutnya Jambi. Dia mengklaim, seluruh sumber daya manusia termasuk mitra Kementerian LHK telah dikerahkan untuk membantu operasi tersebut.

Bahkan, dia menyebut, operasi water bombing telah dilakukan dan menjatuhkan hampir 11.876.000 liter air. Selain upaya-upaya tersebut, pihaknya juga melakukan upaya keempat yaitu patroli. Tak hanya itu, pemantauan kondisi kesehatan dan stamina petugas lapangan yang bertugas melakukan pemadaman karhutla juga terus dilakukan.

Kelima, upaya teknologi modifikasi cuaca (TMC) apabila diperlukan dan telah dilaksanakan di Riau. Ia menyebutkan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) di Riau juga sudah melakukan TMC mulai 1 Maret 2020 sampai akhir Maret 2020 lalu dan telah menjatuhkan garam 21.600 kilogram yang meliputi 27 sorti. 

"Nanti Jambi dan Sumatra Selatan akan menyusul," katanya.

Terakhir, ia menegaskan, penegakan hukum kebakaran hutan dan lahan juga dilakukan. Ia menyadari ini menjadi tanggung jawab pihaknya. Kendati demikian, ia meminta dibutuhkan kerja sama yang baik antarsemua pemangku kepentingan.

Sebab, kebakaran yang terjadi di beberapa daerah. ia menyebutkan, ada tujuh daerah rawan karhutla yang kebakarannya berulang yaitu sembilan klaster di wilayah Riau yang selalu terbakar mulai dari 2015 sampai 2020.

Kemudian di Jambi ada delapan klaster, di Sumatra Selatan juga delapan klaster, Kalimantan Barat empat klaster, Kalimantan Tengah sebanyak delapan klaster, umumnya di daerah lahan gambut, Kalimantan Selatan enam klaster, dan Kalimantan Timur ada empat klaster.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement