Selasa 05 May 2020 21:40 WIB

'Penularan Covid-19 Bisa di Mana Saja, tak Hanya KRL'

Kemenhub memastikan pelaksanaan protokol kesehatan di berbagai moda transportasi.

Seorang penumpang berjalan di peron Stasiun Tangerang di Banten, Senin (20/4/2020). Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPJT) Polana P Pramesti mengatakan pengguna moda transportasi KRL mengalami penurunan pada Maret 2020 sebesar 30,38 persen menjadi sekitar 598 ribu penumpang per hari dari jumlah penumpang pada Januari 2020 sebanyak 859 ribu orang per hari
Foto: ANTARA/fauzan
Seorang penumpang berjalan di peron Stasiun Tangerang di Banten, Senin (20/4/2020). Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPJT) Polana P Pramesti mengatakan pengguna moda transportasi KRL mengalami penurunan pada Maret 2020 sebesar 30,38 persen menjadi sekitar 598 ribu penumpang per hari dari jumlah penumpang pada Januari 2020 sebanyak 859 ribu orang per hari

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyatakan penularan virus corona atau Covid-19 bisa terjadi di mana saja, tidak hanya di Kereta Rel Listrik (KRL). Hal itu menyusul adanya tiga pengguna moda tersebut yang positif terinfeksi Covid-19.

“Perlu dipahami bahwa penularan Covid-19 bisa terjadi di mana saja, tidak hanya di di KRL,” kata Juru Bicara Kementerian Perhubungan Adita Irawati dalam keterangan resmi di Jakarta, Selasa (5/5).

Adita menjelaskan pihaknya terus memastikan pelaksanaan protokol kesehatan di berbagai moda transportasi, termasuk di KRL.

Terkait hal itu, Kemenhub telah mengeluarkan Permenhub 18/2020 yang telah mengatur operasional moda transportasi di masa pandemi, khususnya pula di daerah yang telah menjalankan PSBB.

Aturan ini merujuk pada Peraturan Pemerintah No. 21/2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Rangka Percepatan Penanganan Covid-19 dan Peraturan Menteri Kesehatan no 9 /2020 tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar.

“Seluruh upaya tersebut dilakukan agar tidak terjadi penularan dari orang-orang yang mungkin carrier Covid-19 tanpa gejala,” katanya.

Adita menjelaskan Permenhub Nomor 18/2020 secara tegas telah menyatakan bahwa pertama, penumpang wajib menggunakan masker.

Kedua, petugas mengecek suhu tubuh penumpang. Pada 10 stasiun juga telah dipasang thermal scanner yang mampu mendeteksi suhu tubuh ratusan pengguna dalam waktu bersamaan.

Ketiga, telah disediakan wastafel tambahan yang dipasang pada lokasi-lokasi yang sering dilalui pengguna KRL agar dapat digunakan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum maupun sesudah naik KRL di 40 stasiun.

Selain di stasiun, di dalam gerbong KRL pun disediakan hand sanitizer. Semua ketentuan ini telah dilaksanakan dengan baik oleh PT KCI sebagai operator KRL.

Adapun untuk kepadatan penumpang juga telah dikendalikan, dengan seoptimal mungkin menerapkan jaga jarak antarpenumpang.

“Caranya, seluruh kereta telah dilengkapi dengan marka pada bangku dan tempat duduk untuk mengaur posisi pengguna. Pentingnya mengatur posisi ini juga senantiasa diingatkan kepada pengguna melalui pengumuman di stasiun di dalam kereta, hingga melalui petugas pengawalan kereta yang berpatroli. Berbagai papan informasi berkaitan dengan pentingnya jaga jarak juga telah dilakukan,” ujarnya.

Dia menambahkan protokol kesehatan itu juga dijalankan untuk menjaga para penumpang yang masih harus bekerja atau beraktivitas, dan sangat mengandalkan KRL sebagai moda tranportasi mereka.

Mereka antara lain petugas medis, office boy, penjaga pom bensin dll. Sesuai aturan, KRL tetap boleh beroperasi namun dengan pembatasan penumpang yang ketat.

“KRL tidak dihentikan operasinya, karena memperhatikan penumpang-penumpang yang sangat membutuhkanya, seperti dijelaskan tersebut,” kata Adita.

Selain itu, KCI bersama Komite Nasional Keselamatan Transportasi juga telah melakukan simulasi penanganan darurat (emergency) jika terjadi kondisi buruk pada penumpang baik di dalam stasiun maupun di atas kereta untuk menjamin kesigapan petugas sesuai dengan protokol pencegahan covid-19.

PT KCI juga telah melakukan sosialisasi edukasi pengawasan dengan melibatkan TNI, Polri, dan Brimob. Semua upaya tersebut dilakukan agar seluruh penumpang disiplin dan mau mengikuti aturan.

Sementara, menurut Adita, hasil evaluasi selama lebih dari dua minggu sejak ditetapkan PSBB di DKI Jakarta, rata-rata jumlah penumpang harian KRL cenderung menurun.

Demikian pula pada jam sibuk pagi hingga pukul 08:00 jumlah penumpang pada semua lintas pelayanan mengalami penurunan dari 77.575 menjadi sekitar 55.000 dengan total kapasitas angkut yg dibatasi maksimum 35 persen (60 penumpang/kereta utk menjaga physical distancing di atas kereta) sebesar 61.248.

Pembatasan kapasitas tersebut mengakibatkan antrean pada beberapa stasiun yang relatif sempit namun berjalan dengan tertib jaga jarak dan dibantu oleh aparat keamanan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement