Selasa 28 Apr 2020 09:36 WIB

7 Kiat Amil Tetap Produktif Selama Ramadhan dan Masa Corona

Lembaga zakat harus terus bertahan atau lumpuh lalu tenggelam.

Nana Sudiana, Sekjend FOZ & Direksi IZI
Foto:

Kelima, Siapkan Meja, Alat kerja dan Bacaan Penunjang Wawasan Ramadhan

Sejumlah orang, ketika bekerja merasa kurang bisa produktif karena alasan teknis. Bekerja di kantor atau di rumah seperti skema WFH di tengah Pandemi saat ini sering kali karena merasa tak didukung dengan faslitas yang memadai jadi tidak optimal.

Produktivitas dalam bekerja memang tak hanya soal fasilitas. Perlu juga dukungan suasana agar selaras dengan tercapai-nya target kerja yang telah ditetapkan di awal. Beberapa orang seringkali dengan alasan mejanya berantakan dan tak punya tempat memadai tidak bisa fokus bekerja.

Kerapian, kebersihan serta lengkapnya alat-alat kerja serta suasana lingkungan yang mendukung jelas tidak bisa tercipta sendiri. Kitalah yang justru merancang dan mendesain mau seperti apa suasana meja kerja atau ruangan kerja kita.

Sebelum memulai pekerjaan, sempatkan untuk merapikan meja kerja di pagi hari sebelum mulai bekerja. Kita juga harus mengatur barang-barang di meja dan sekitarnya agar rapi dan terlihat enak di pandang. Kertas-kertas, buku, atau dokumen yang berantakan akan mengganggu fokus kita dalam bekerja.

Pastikan juga barang-barang atau alat kerja di meja kita adalah yang benar-benar kita perlukan. Simpankan barang lainnya yang kurang relevan dan kembalikan barang-barang dari dapur, seperti bekas makan, minum atau wadah lainnya.

Bisa juga kita tambahkan hiasan di meja kita agar tak terkesan kosong. Hiasan yang sesuai akan mencerminkan kepribadian kita sebenarnya. Selain itu masih ada sejumlah hal lainnya yang kita bisa lakukan untuk menciptakan lingkungan kerja yang nyaman agar bisa bekerja lebih produktif di hari-hari Ramadhan dan wabah Pandemi saat ini.

Keenam, Kurangi terlibat dan aktif berlebihan di Media Sosial

Sosial media saat ini seolah menjelma menjadi kebutuhan manusia. Dan lucunya, ia telah pula menggeser kebiasaan banyak orang dalam kehidupan mereka. Dulu sebelum era sosial media demikian mewabah, orang-orang ketika bangun tidur pagi langsung ke kamar mandi, lalu wudhu dan sholat malam atau Sholat Subuh bila terlambat bangun malam.

Namun saat ini, banyak orang, begitu bangun tidur langsung membuka gadget dan malah asyik melihat status teman-temannya di sosial media. Situasi sosial masyarakat pun tak jauh beda.

Ada dorongan kuat masyarakat lebih peduli orang lain dibanding diri dan keluarga mereka. Perhatian mereka untuk terus mengikuti segala sepak terjang idola atau panutan mereka di sosial media demikian kuat. Apapun yang dilakukan atau dikatakan akan mudah saja diikuti.

Termasuk dalam hal ini adalah mindset yang ada ditengah masyarakat saat ini juga mengalami pergeseran. Makna sukses, keberhasilan, serta kegagalan seolah “sama frekuensinya” dengan para “Influencer” yang ada di sosial media. Nilai moral, etika atau akhlak standarnya pun ikut bergesar, seolah mengikuti trend yang berkembang.

Untuk itulah kita harus mengambil jarak secara proporsional antara kehidupan nyata dengan dunia sosial media. Apalagi saat di Ramadhan kali ini. Kita harus berusaha sekuat tenaga menjaga mindset dan keyakinan yang kita miliki. Walau hal ini awalnya terasa sulit dan susah untuk dilakukan, kita tetap harus mencobanya sekuat tenaga.

Kita juga secara perlahan mengurangi ketergantungan pada sosial media dan berusaha menyeimbangkan dengan memperbanyak amal-amal nyata di kehidupan sebenarnya. Walau sulit, moment Ramadhan kali ini mari kita jadikan sebagai starting point untuk hidup lebih bebas dan merdeka dan lepas dari tarikan berlebihan sosial media. Mindset amil yang independen dan tak berlebihan dalam ikut arus sosial media ini Insya Allah akan berbuah produktivitas kerja yang baik. Dan dari produktivitas ini semoga lahir karya-karya terbaik para amil Indonesia.

 

Ketujuh, Buka dan Sahur dengan Makanan Sehat dan Bergizi

Menjadi amil yang produktif harus juga didukung oleh fisik yang sehat dan bugar. Karena produktivitas tak lahir dari tubuh yang lemah, apalagi sakit. Walau sedang puasa Ramadhan, pastikan badan sehat dengan asupan makanan yang sehat dan bergizi.

Makan yang baik serta dalam porsi yang sesuai juga akan menguatkan pikiran untuk terus bisa bekerja secara produktif. Fokus saat buka puasa dan sahur, tak boleh hanya kenyang dan enak.

Perhatikan pula kandungan gizi dan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh kita. Gaya hidup sehat, walau saat puasa di bulan Ramadhan harus tetap dijaga dan dilakukan.

Gaya hidup sehat dan bugar ini akan membantu kita lebih produktif dan semakin berprestasi dalam bekerja. Tak lupa olahraga dan istiahat yang cukup, ini juga akan membantu kerja jadi lebih mudah dan tanpa kesulitan.

Nah, kini Ramadhan tahun ini benar-benar kita telah masuki. Semua rencana dan persiapan, mari kita praktikan agar mewujud menjadi Ramadhan terindah dan paling spesial dalam hidup kita sebagai seorang amil.

Di tengah pandemi covid-19 saat ini, kita juga mari sama-sama membuktikan tantangan dari lingkungan seperti ini, apakah kita amil yang gampang menyerah atau justru amil yang tetap produktif. Bahkan bisa menghasilkan karya-karya terbaik dan bermakna bagi sesama.

Puasa di bulan suci Ramadhan hanya dilakukan selama satu tahun sekali. Tentu sangat disayangkan bila para amil melewatkannya begitu saja. Walaupun Ramadhan tahun ini diwarnai dengan situasi pandemi covid-19, namun kegembiraan dan semangat untuk menyambut Ramadhan sebagai bulan yang mulia tak boleh surut.

Di moment ini juga, bagi Umat Islam, khususnya para amil harus tetap bekerja di lembaga-nya masing-masing. Dan maknai dengan dalam bahwa bekerja sebagai amil zakat ini juga selaras dengan tujuan Ramadhan sebagai bulan tarbiyah, yakni untuk  meningkatkan keimanan dan ketaqwaan.

Jadi sembari tetap bekerja secara produktif, para amil sekaligus bisa memperbanyak ibadah-ibadah selama Ramadhan. Para amil yang bekerja di kantor, di lapangan atau di rumah, tetap bisa memastikan mampu menegakan amalan-amalan utama Ramadhan seperti tadarus Alquran, tarawih, qiyamul lail, infak dan sedekah serta amalan-amalan baik lainnya.

Mari kita ikhlaskan hati, mensyukuri apa pun situasinya saat ini. Saat yang sama juga kita berusaha memantapkan hati walau ibadah kita akan lebih banyak di rumah daripada di mesjid. Ini juga menjadi ajang kita muhasabah untuk bisa lebih khusyu dan memperhatikan anggota keluarga masing-masing.

Para amil, jangan lupa kita juga senantiasa kita berdoa dengan sungguh-sungguh agar pandemi covid-19 ini cepat berlalu dan kita kembali ke kehidupan normal seperti sebelumnya. Yakinlah ini semua takdir Allah yang harus kita terima dengan lapang dada.

Mumpung Ramadhan, kita juga bisa memohon pada Allah agar kita dan keluarga diberikan limpahan kebaikan dan keberkahan. Tak lupa juga kita doakan para amil dan lembaga-lembaga zakat di negeri ini diberi ketabahan dan kemampuan melewati situasi pandemi ini.

Soal produktivitas adalah soal ikhtiar, namun dengan doa, kita juga justru mengundang campur tangan Allah secara ukhrowi agar musibah ini cepat berganti kebaikan dan kita para amil segera bisa membantu para dhuafa untuk bisa lebih baik hidupnya dan bisa lebih mandiri. Semoga.

-- Semarang, Kamis, 23 April 2020

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement