Ahad 19 Apr 2020 16:32 WIB

Rumah Sakit Harus Bersaing Dapatkan Alat Kesehatan

Masker khusus untuk tenaga medis seperti N95 masih sulit didapatkan.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Andi Nur Aminah
Karyawan menunjukkan masker jenis N95 disalah satu toko alat kesehatan (ilustrasi)
Foto: Nova Wahyudi/Antara
Karyawan menunjukkan masker jenis N95 disalah satu toko alat kesehatan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, 

Rumah Sakit Harus Bersaing Dapatkan Alat Kesehatan

Baca Juga

JAKARTA -- Saat pandemi virus korona atau Covid-19 melanda di Indonesia, rumah sakit ternyata masih harus bersaing ketat untuk mendapatkan alat kesehatan. Sekjen Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia (Persi) Lia G Partakusuma mengatakan banyak rumah sakit yang tidak bisa mendapatkan alat kesehatan sesuai jumlah yang diminta.

“Masker N95 misalnya ini dibutuhkan yang berada di garda terdepan tapi barang itu mungkin terbatas sampai bersaing dengan rumah sakit lain untuk mendapatkan itu,” kata Lia dalam sebuah diskusi //online//, Ahad (19/4).

Sebab, Lia mengatakan banyak kasus yang mengemukakan siapa yang memiliki uang dan langsung membayarnya maka langsung mendapatkan. Sementara kebanyakan rumah sakit harus memproses sejumlah tahapan baru bisa membayar alat kesehatan yang dibutuhkan. “Rumah sakit kalau siapkan uang tunai sulit juga dan repot mengenai harganya. Ini bisa berlipat ganda harganya apakah karena permintaannya tinggi dan ketersediannya terbatas,” tutur Lia.

 

Meskipun begitu, Lia berterima kasih beberapa waktu terakhir ini sudah banyak bantuan dari pemerintah dan donatur lainnya dalam menyalurkan alat kesehatan. Hanya saja, jumlah tersebut menurutnya masih belum cukup sehingga rumah sakit masih harus bersaing untuk mendapatkan alat kesehatan.

Lia mengakui semenjak Covid-19 melanda di Indonesia memang kebutuhan alat kesehatan semakin tinggi. “Masker sampai dengan APD tenaga medis permintaan tingi. Apakah karena itu jadi susah mencarinya,” tutur Lia.

Dia mengatakan pada dasarnya memang banyak bahan baku untuk alat kesehatan dibutuhkan dari luar negeri. Seperti masker, kata Lia, terdapat lapisan tertentu yang bahan bakunya hanya bisa diimpor.

Meskipun saat ini industri dalam negeri sudah bisa memproduksi masker bedah sendiri namun berbeda dengan masker N95. Lia mengatakan masker khusus untuk tenaga medis seperti N95 masih sulit didapatkan dan belum bisa diproduksi dalam negeri.

Untuk itu, Lia mengharapkan pemerintah dan pihak terkait bahkan rumah sakit saat ini harus memikirkan jalan lain agar tidak ada lagi ketergantungan dengan negara lain dalam memproduksi alat kesehatan. Secara bersamaan, Lia mengakui kebutuhan saat ini masih sangat mendesak sehingga tidak bisa terlalu lama menunggu produksi dalam negeri saat situasi pandemi.

“Tidak bisa lagi menunggu, kalau enggak ada dari luar lalu berhenti kan tidak mungkin. Kita juga bisa mempelajari mana produk lokal yang bisa meski itu tidak mudah dilakukan,” jelas Lia. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement