Jumat 17 Apr 2020 04:13 WIB

Cerita Dokter yang Bertugas di Tengah Pandemi Covid-19

Sebelum masuk rumah, dokter Ismiana selalu menyemprotkan disinfektan ke tubuh,

Rep: Puti Almas/ Red: Ani Nursalikah
Cerita Dokter yang Bertugas di Tengah Pandemi Covid-19. Foto ilustrasi.
Foto: Antara/Destyan Sujarwoko
Cerita Dokter yang Bertugas di Tengah Pandemi Covid-19. Foto ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak wabah virus corona jenis baru (Covid-19) melanda dunia, termasuk Indonesia, para tenaga medis pun menjadi garda terdepan untuk terus menjaga situasi. Tak terkecuali bagi mereka yang bertugas di rumah sakit non-rujukan. Bagi mereka, pergi bekerja bagaikan pergi ke medan perang.

Ismiana Fatimah (25 tahun), seorang dokter di sebuah rumah sakit swasta di Bekasi berbagi cerita tentang bagaimana kondisi yang harus dihadapinya saat bekerja di tengah wabah virus berbahaya. Meski tidak bertugas di rumah sakit rujukan Covid-19, ia mengatakan tetap menangani pasien dalam pengawasan (PDP) dan orang dalam pengawasan (ODP) yang datang untuk berobat.

Baca Juga

“Alhamdulillah di rumah sakit tempat saya bekerja, APD (alat pelindung diri) masih ada dan kami pakai APD lengkap,” ujar Ismiana saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (16/4).

Ismiana mengungkapkan saat memeriksa ODP maupun PDP, tim medis di rumah sakitnya menggunakan APD lengkap. Meski demikian, hal itu sebenarnya tidak menghilangkan kekhawatiran dirinya saat bekerja.

“Deg-degan juga, tapi bismillah saja. Biasanya kalau ketemu PDP saya mandi dulu di rumah sakit, baru pulang ke rumah, terus mandi lagi,” kata Ismiana.

Ismiana juga menuturkan kekhawatiran dirinya terhadap orang-orang terdekatnya. Ia yang saat ini tinggal bersama suami dan kedua orang tuanya mengatakan harus melakukan tindakan pencegahan agar tidak membawa risiko menularkan virus dan penyakit apa pun saat tiba di rumah.

Karena itu, setiap sebelum masuk ke rumah, Ismiana terlebih dahulu menyemprotkan disinfektan ke sekujur tubuh dan barang-barang yang dibawa seperti tas. Ia juga langsung merendam baju yang dikenakan selama bekerja di rumah sakit dengan deterjen saat tiba di rumah.

photo
Dokter Ismiana Fatimah di Bekasi yang menggunakan APD saat memeriksa pasien ODP dan PDP yang berobat. - (Dok Pribadi Ismiana Fatimah)

“Di rumah, saya juga selalu pakai masker, terus alat makan dan cuci baju terpisah dengan orang tua, karena mereka sudah berusia lanjut,” kata Ismiana.

Dokter yang baru dua pekan menikah ini mengatakan semua langkah yang dilakukan bertujuan melindungi seluruh anggota keluarganya semaksimal mungkin. Terlebih, kedua orang tuanya telah berusia 60-an dan memiliki penyakit diabetes melitus dan hipertensi (tekanan darah tinggi).

Penyakit tersebut membuat keduanya termasuk orang paling berisiko terinfeksi virus corona jenis baru. Karena itu, suaminya pun turut menjaga jarak fisik dengan orang tuanya.

“Papa saya malah ada penyakit jantung, jadi takut banget. Mereka yang di rumah juga sekarang sering pakai masker dan kami semua minum vitamin,” ujar Ismiana.

Virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) yang menyebabkan infeksi penyakit Covid-19 pertama kali ditemukan di Wuhan, Ibu Kota Provinsi Hubei, China pada Desember 2019. Sejak saat itu, virus terus menyebar secara global dan tercatat 260 ribu orang dilaporkan terinfeksi, serta ada lebih dari 11 ribu kematian hingga Sabtu (21/3). Angka ini jauh lebih besar dibandingkan wabah SARS pada 2002-2003 yang disebabkan oleh virus serupa secara genetis.

Bagi kebanyakan orang, Covid-19 hanya menimbulkan gejala ringan atau sedang, seperti demam dan batuk. Tetapi, sebagian  lainnya, terutama orang dewasa yang lebih tua dan orang-orang dengan masalah kesehatan yang telah ada sebelumnya, infeksi virus dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah, termasuk pneumonia, bahkan kematian.

Di Indonesia, tercatat ada 5.516 kasus Covid-19 hingga Kamis (16/4). Dari jumlah tersebut, 496 orang meninggal dunia, sementara 548 dinyatakan sembuh.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement