Kamis 09 Apr 2020 10:35 WIB

SBY ke Pemerintah: Jangan Membuka Front Terlalu Banyak

SBY menganggap, berbahaya jika ada yang kritis, lantas dianggap musuh pemerintah.

Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Foto: @SBYudhoyono
Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menulis artikel berjudul "Indonesia Harus Bersatu dan Fokus pada Penghentian Penyebaran Virus Korona" di akun Facebook resmi @SBYudhoyono. Artikel tersebut diawali dengan ucapan belasungkawa SBY kepada Perdana Menteri Inggris Boris Johnson yang harus dirawat karena positif corona. Dia juga mengingatkan pemerintah untuk lebih mengutamakan menyelamatkan rakyat Indonesia dalam melawan pandemi corona.

Pendiri Partai Demokrat tersebut juga menyambut baik semua kebijakan pemerintah, baik pusat maupun daerah, untuk meningkatkan penanggulangan Covid-19, termasuk penyediaan anggaran yang disampaikan Presiden Jokowi beberapa saat yang lalu yang dianggapnya cukup memadai. Meski begitu, ia juga memiliki saran bagi pemerintah dalam menangani pandemi corona. "Sekarang, ijinkan saya menyampaikan pandangan dan saran kepada pemerintah," ucap SBY dikutip Kamis (9/4).

SBY mengingatkan, dalam keadaan darurat dan sekaligus krisis seperti sekarang ini, sebaiknya pemerintah bisa mencegah terjadinya masalah baru. Misalnya, masalah sosial ataupun masalah politik yang bisa mengganggu upaya pemerintah menyelamatkan rakyat dari wabah virus corona yang mematikan ini. Menurut SBY, dengan keadaan psikologi masyarakat pada era pandemi besar ini, sebagaimana yang sudah diutarakan sebelumnya, bisa saja warga ada yang salah berucap.

"Misalnya, di media sosial, ada kata-kata yang melampaui batas. Menghadapi masalah ini, alangkah baiknya kalau yang diutamakan adalah tindakan yang persuasif terlebih dahulu. Tindakan pencegahan terlebih dahulu. Pendekatan dan penyelesaian yang nonyudisial dulu. Kalau sudah tidak mempan, memang benar-benar keterlaluan dan tidak ada cara lain, barulah pendekatan hukum yang dilakukan," ujar SBY.

Dia pun tidak ingin negara dan pemerintah menghadapi banyak front permusuhan. Sebagai seorang prajurit TNI AD yang hampir 30 tahun mengabdi di bidang pertahanan dan keamanan negara, SBY mengaku diajarkan bahwa janganlah membuka medan permusuhan yang terlalu banyak.

"Padahal, sebagaimana pandangan saya sebelumnya, justru saat ini kita harus kompak dan fokus pada upaya besar menghentikan virus korona di Tanah Air kita," ucap mantan kasospol ABRI tersebut.

SBY juga memohon, janganlah pejabat pemerintah mengeluarkan pernyataan yang menimbulkan antipati baru, bahkan perlawanan dari rakyatnya. Jangan pula, dia menambahkan, pernyataan itu melukai mereka yang justru ingin membantu pemerintah. Misalnya, dengan mudahnya mengatakan yang bersuara kritis itu pastilah mereka yang berasal dari pemerintahan yang lalu.

"Berarti pemerintahan yang saya pimpin dulu. Atau berasal dari kalangan yang tidak ada di kabinet sekarang ini. Tuduhan gegabah seperti ini hanya akan membuka front baru. Front yang sangat tidak diperlukan ketika kita harus bersatu menghadapi virus corona dan tekanan ekonomi yang berat saat ini," kata SBY.

SBY menambahkan, ia memohon agar pemerintah tidak alergi terhadap pandangan dan saran dari pihak di luar pemerintahan. Banyak kalangan yang menyampaikan pikirannya, menurut SBY, mungkin sedikit kritis. Namun, menurut dia, mereka itu sangat pro pemerintah dan juga sangat mendukung Presiden Jokowi.

Dia menyebut, amat berbahaya jika ada pihak yang menyampaikan pandangan kritisnya, yang kebetulan pernah bertugas pada pemerintahan SBY atau sekarang tidak berada dalam koalisi pemerintahan Presiden Jokowi, lantas dianggap sebagai musuh pemerintah. "Sebagai musuh negara. Menurut saya, pandangan dari pihak di luar pemerintah itu tetap ada gunanya jika pemerintah sudi untuk mendengarkannya," ucap SBY.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement