REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kota Yogyakarta mewaspadai potensi penumpukan sampah akibat penutupan Tempat Pembuangan Sampah Terpadu Piyungan mulai Rabu (8/4).
“Mudah-mudahan, penutupan tidak sampai lama meski kabarnya akan ditutup tiga hari. Kalau benar sampai berhari-hari, dimungkinkan ada penumpukan di depo sampah,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta Suyana di Yogyakarta, Rabu (8/4).
Oleh karena itu, Suyana meminta masyarakat untuk bisa menahan diri agar tidak mudah “memproduksi” sampah agar volume sampah yang dihasilkan pun tidak semakin banyak dan potensi penumpukan sampah di depo atau tempat pembuangan sampah sementara bisa ditekan.
Kekhawatiran Suyana mengenai potensi penumpukan sampah di depo disebabkan aktivitas masyarakat di Kota Yogyakarta kembali berangsur-angsur normal setelah dua pekan banyak warga yang memilih berdiam diri di rumah.
“Sejak awal pekan ini, volume sampah di depo sudah kembali normal setelah turun sekitar 30 persen selama dua pekan sebelumnya. Oleh karenanya, kami harapkan masyarakat tidak mudah memproduksi sampah atau membuang sampah. Sampahnya dikelola dulu dengan baik di rumah,” katanya.
Ia pun kembali mengingatkan masyarakat terkait kondisi yang sama tepat setahun lalu saat TPST Piyungan ditutup selama sekitar satu pekan sehingga terjadi penumpukan sampah di depo dan tempat pembuangan sampah sementara.
“Saat TPST Piyungan dibuka kembali, kami membutuhkan waktu lebih dari satu pekan untuk menormalkan kondisi. Harapannya, masyarakat bisa mengelola sampah dengan lebih baik sehingga sampah yang dibuang adalah sampah yang benar-benar sudah tidak bisa dimanfaatkan kembali,” katanya.
Meskipun demikian, Suyana mengatakan, pada hari ini, sudah ada beberapa truk yang sampai di Piyungan dan masih bisa menurunkan sampah. Tetapi, ada juga yang belum sempat membawa sampah ke Piyungan sehingga truk masih tertahan di depo
Penutupan Tempat Pembuangan Sampah Piyungan (TPST) Piyungan disebabkan salah satu alat berat yang ada di lokasi tersebut rusak dan tanah untuk menimbun sampah tidak ada sehingga sampah yang masuk tidak bisa didorong lebih jauh ke tengah.
“Jika dipaksakan beroperasi, justru dikhawatirkan akan bisa merusak alat berat karena tidak ada pijakan tanah yang lebih kuat,” katanya dan memahami kondisi tersebut namun berharap penutupan tidak dilakukan dalam waktu lama.