REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kualitas udara di kota pariwisata Yogyakarta mengalami perbaikan sejak sepekan terakhir, salah satunya disebabkan penurunan aktivitas masyarakat dan berkurangnya volume kendaraan yang melintas.
“Sekitar sepekan terakhir, kualitas udara di Yogyakarta cukup baik, bahkan lebih baik dibanding pekan sebelumnya. Dimungkinkan ada kaitannya dengan penurunan volume kendaraan yang melintas di Yogyakarta. Banyak warga yang memilih tinggal di rumah agar tidak terpapar virus Corona,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta Suyana di Yogyakarta, Senin (30/3).
Menurut dia, seluruh parameter pemantauan kualitas udara menunjukkan hasil jauh di bawah ambang batas baku mutu yang sudah ditetapkan. Parameter tersebut meliputi konsentrasi partikel debu dengan ukuran 10 mikron (PM10) dan 2,5 mikron (PM2,5), sulfur dioksida (SO2), karbon monoksida (CO), ozon (O3), dan nitrogen dioksida (NO2).
“Biasanya, konsentrasi CO di Kota Yogyakarta cukup tinggi karena banyaknya kendaraan bermotor yang melintas. Namun, beberapa hari terakhir ini berkurang sangat signifikan,” katanya.
Berdasarkan hasil pemantauan parameter udara pada Senin (30/3), konsentrasi CO tercatat 799 mikrogram per meterkubik, atau jauh di bawah baku mutu yang ditetapkan sebesar 30.000 mikrogram per meter kubik. “Pada hari biasa, konsentrasi CO bisa mencapai sekitar 10.000 per meter kubik,” kata Suyana.
Sedangkan untuk konsentrasi PM10 tercatat 15 mikrogram per meter kubik dengan baku mutu 150 mikrogram per meter kubik dan PM2,5 tercatat 14 mikrogram per meter kubik dengan baku mutu 65 mikrogram per meter kubik.
Konsentrasi SO2 tercatat tiga mikrogram per meter kubik dengan baku mutu 900 mikrogram per meter kubik, O3 terpantau nol dengan baku mutu 235 mikrogram per meter kubik, dan NO2 delapan mikrogram per meter kubik dengan baku mutu 400 mikrogram per meter kubik.
Selain peningkatan indeks kualitas udara, penurunan aktivitas warga di Kota Yogyakarta juga berimplikasi pada penurunan volume sampah yang harus diambil dari tiap depo, yaitu dari rata-rata 20 meter kubik menjadi 15 meter kubik.
“Secara umum, ada penurunan volume sampah sekitar 30 persen sejak lima hari terakhir. Hal ini terjadi karena banyak kampung yang melakukan pembatasan akses sehingga truk sampah kami yang berukuran kecil tidak bisa menjangkaunya,” katanya.
Suyana berharap, warga di kampung yang melakukana pembatasan akses untuk mengurangi potensi penularan virus Corona dapat melakukan pengelolaan sampah secara mandiri sehingga nantinya tidak lagi bergantung pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Piyungan Bantul.