Senin 06 Apr 2020 18:58 WIB

Minta Tes Covid-19 Diperbanyak, Jokowi Hibahkan Rp 14 Miliar

Pemerintah berharap Eijkman meningkatkan kemampuan memeriksa spesimen.

Rep: Sapto Andika Candra / Red: Ratna Puspita
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menggelontorkan dana hibah sebanyak Rp 14 miliar kepada Lembaga Biologi Molekular Eijkman untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan memeriksa spesimen Covid-19 dari pasien.
Foto: AP Photo/John Minchillo
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menggelontorkan dana hibah sebanyak Rp 14 miliar kepada Lembaga Biologi Molekular Eijkman untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan memeriksa spesimen Covid-19 dari pasien.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menggelontorkan dana hibah sebanyak Rp 14 miliar kepada Lembaga Biologi Molekular Eijkman. Lembaga ini diminta meningkatkan kapasitas dan kemampuan untuk memeriksa spesimen Covid-19 dari pasien. 

"Kami telah mengundang Kepala Eijkman untuk menerima bantuan dana sebesar Rp 14 miliar. Diharapkan Eijkman bisa sesegera mungkin meningkatkan kemampuan dalam pemeriksaan," ujar Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo, Senin (6/4). 

Baca Juga

Selama ini, penegakan diagnosis Covid-19 memang hanya bisa ditempuh dengan tes usap melalui metode pemeriksaan PCR. Lembaga Eijkman adalah salah satu fasilitas laboratorium yang melakukan uji terhadap spesimen Covid-19 ini. 

Dengan penambahan pasien positif Covid-19 yang cukup signifikan, pemeriksaan uji spesimen terhadap pasien terduga harus lebih banyak dan lebih cepat dilakukan. "Presiden memerintahkan agar laboratorium meningkatkan kemampuan untuk melakukan pemeriksaan baik dengan PCR dan juga teknik lainnya," kata dia.

Tak hanya pemeriksaan dengan PCR, Jokowi juga memerintah Kemenkes untuk memperbanyak cakupan tes cepat atau rapid test. Tes cepat merupakan jurus pemerintah untuk melihat gambaran luas persebaran Covid-19. 

Namun, perlu diingat bahwa akurasi tes cepat tidak setinggi tes PCR. Pasien yang dinyatakan positif dalam tes cepat masih harus menjalani tes PCR untuk memastikan kondisinya. 

"Presiden meminta percepatan rapid test. Semua negara berebutan untuk mendapat alat penanganan Covid-19. Presiden juga menegaskan ulang tentang prioritas tentang siapa yang harus lakukan rapid test, yakni dokter perawat dan keluarga serta masyarakat yang berpotensi terdampak Covid-19," jelasnya. 

Sampai saat ini, pemerintah telah memeriksa sebanyak 11.482 spesimen. Seluruh spesimen tersebut kemudian dilakukan pemeriksaan dengan metode PCR, yakni pengecekan antigen pasien, dan menghasilkan 2.491 pasien positif Covid-19. Sisanya, sebanyak 8.991 pasien dinyatakan negatif Covid-19. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement