Jumat 03 Apr 2020 22:07 WIB

Skor PISA Turun, Jokowi Minta Perbaikan di Bidang Pendidikan

Presiden Jokowi meminta perbaikan di bidang pendidikan setelah skor PISA turun.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Bayu Hermawan
Presiden Joko Widodo
Foto: Abdan Syakura_Republika
Presiden Joko Widodo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) membahas masalah utama di bidang pendidikan yang dihadapi oleh Indonesia. Tiga masalah utama ini diidentifikasi berdasarkan survei Program Penilaian Pelajar Internasional atau Programme for International Student Assessment (PISA).

Jokowi mengatakan Indonesia telah mengikuti survei PISA selama tujuh putaran sejak 2000-2018 dan menunjukan sistem pendidikan Indonesia yang telah berubah menjadi lebih inklusif, terbuka, dan meluas aksesnya.

Baca Juga

"Saya lihat ini menjadi momentum untuk merumuskan ulang sistem evaluasi, standar dasar pendidikan dan menengah secara nasional. Apakah dalam pengendalian mutu pendidikan secara nasional hanya menggunakan UN atau bisa juga standar yang dipakai secara internasional seperti PISA," ujar Jokowi saat membuka rapat terbatas strategi peningkatan peringkat Indonesia dalam PISA di Istana Merdeka, Jumat (3/4).

Jokowi mengatakan, berdasarkan laporan yang diterimanya, skor rata-rata Indonesia dalam PISA 2018 menurun di tiga bidang kompetensi. Penurunan paling besar pun disebutnya ada di bidang membaca.

Ia mengatakan, kemampuan membaca siswa Indonesia dengan skor 371 berada di posisi 74. Sedangkan, kemampuan matematika dengan skor 379 berada di posisi 73, dan kemampuan sains dengan skor 396 ada di posisi 71. Karena itu, Presiden meminta tiga masalah utama yang harus diatasi untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia.

Pertama yakni jumlah presentase siswa berprestasi yang masih rendah. Jokowi mengatakan, meskipun Indonesia berhasil meningkatkan akses anak usia 15 tahun terhadap sistem sekolah, namun masih perlu upaya besar untuk menekan siswa berprestasi rendah hingga di kisaran 15-20% pada 2030. Kedua, tingginya presentase siswa mengulang kelas yaitu sebesar 16 persen.

"Angka ini 5 persen lebih tinggi dibanding rata-rata negara OECD," ucapnya.

Ketiga, masih tingginya ketidakhadiran siswa di kelas. Presiden mengatakan, berdasarkan survei PISA, diperlukan langkah-langkah perbaikan yang menyeluruh baik di aspek peraturan, regulasi, anggaran infrastruktur, manajemen sekolah, kualitas guru dan beban administrasi guru.

"Ini berkali-kali saya tekankan, mengenai beban administrasi guru. Guru tidak fokus kegiatan belajar mengajar tapi lebih banyak dipakai untuk hal-hal yang berkaitan dengan administasi. Ini tolong digarisbawahi," ujarnya.

Selain itu, Jokowi juga meminta agar dilakukan perbaikan proses belajar, terutama dalam hal penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dan perbaikan lingkungan belajar siswa.

"Termasuk motivasi belajar, menekan tindakan perundungan di sekolah. Survei PISA dan juga evaluasi UN terdapat hubungan kuat antara kondisi sosial ekonomi siswa dengan capaian hasil UN atau skor nilai PISA," tambah Jokowi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement