REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mengungkapkan kebutuhan alat pelindung diri (APD) untuk tenaga medis dalam menangani virus corona (Covid-19) saat ini, sangat banyak. Sebab, tak hanya tenaga medis di rumah sakit rujukan Covid-19, rumah sakit swasta, klinik hingga pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) yang memberi pertolongan pertama orang positif virus juga membutuhkan APD.
"Kalau bicara jumlah ideal butuh banyak banget, karena kalau bicara kebutuhan APD hanya diarahkan untuk RS rujukan atau yang merawat positif Covid-19. Padahal kan ada fasilitas kesehatan yang juga membutuhkan APD utamanya fasilitas kesehatan frontliner yaitu puskesmas, klinik, rumah sakit swasta yang pertama kali menerima pasien positif Covid-19," ujar Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Muhammad Adib Khumaidi saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (1/4).
Adib melanjutkan, persoalan ditambah dengan APD ini hanya sekali pakai. Ia menyebutkan dibutuhkan tiga APD dipakai untuk per hari karena tenaga medis bekerja dibagi menjadi tiga shift. Tak hanya itu berdasarkan standar Kementerian Kesehatan bahwa APD untuk tenaga medis harus menggunakan masker jenis N95 karena menjalin kontak dengan pasien.
Kemudian, dia melanjutkan, tenaga kesehatan ini harus menggunakan baju hazmat saat merawat pasien. Adib mengestimasi jika semua dokter harus bisa melayani Covid-19 yang juga anggota IDI saja sekitar 185 ribu orang, kemudian ditambah perawat yang jumlahnya lebih dari 1 juta. Karena itu pihaknya menyambut baik ketika pemerintah mendatangkan 3 juta APD.
"Okelah itu cukup tapi hanya dalam kurun waktu tertentu. Yang terpenting distribusinya juga dikontrol," katanya.
Ia meminta pemerintah memberikan merata untuk RS dan fasilitas kesehatan yang benar-benar membutuhkan APD dan menangani Covid-19. Karena, dia melanjutkan, orang yang positif Covid-19 ada di 32 provinsi.
Sebelumnya Pengurus Besar (PB) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengakui meski pemerintah telah mendistribusikan alat pelindung diri (APD) untuk tenaga medis pekan lalu hingga ratusan ribu unit tetapi jumlahnya masih kurang. Sebab, APD hanya untuk sekali pakai padahal jumlah kasus dan pasien bertambah.
Ketua Umum PB IDI Daeng M Faqih mengaku dua hari yang lalu telah mengadakan rapat dengan IDI wilayah dan mendapat laporan rekannya yang hampir semuanya praktik di rumah sakit mengeluhkan hal ini. "Memang APD sudah didistribusikan, tetapi setelah satu pekan dan kasus terus bertambah ternyata mereka mengeluhkan APD masih kurang karena hanya untuk sekali pakai," ujarnya saat dihubungi Republika, Selasa (31/3).
Tak hanya itu, pihaknya juga mengeluhkan kurangnya masker wajah untuk para tenaga kesehatan. Karena itu, ia meminta pengadaan stok APD dan masker terus dilakukan. Pihaknya meminta pengadaan APD harus rutin dilakukan karena semakin bertambah hari maka otomatis ketersediaannya semakin berkurang karena terus digunakan. Padahal di satu sisi pasiennya bertambah banyak jadi kebutuhan APD juga otomatis semakin meningkat.
Ia menambahkan, para dokter juga tidak hanya sekadar meminta APD, penghematan penggunaannya juga terus diupayakan. Diantaranya yaitu mengurangi operasi karena baju operasi bisa dialihfungsikan menjadi APD, kemudian ruang operasi disulap menjadi ruang isolasi Covid-19. Kemudian jas hujan juga dimodifikasi, kantong plastik sampah diubah menjadi APD.
Daeng M Faqih menegaskan suplai APD harus terus-menerus dicukupi pemerintah. Jika APD tidak dilengkapi, dia melanjutkan, maka akan menjadi masalah baru.
"Ujung-ujungnya tenaga kesehatan seperti dokter, perawat bisa menjadi korban ikut tertular virus ini," katanya.