REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kiprah Muhammadiyah sebagai organisasi massa (ormas) Islam terbesar di Indonesia mendapat apresiasi dari Menteri Agama (Menag), Fachrul Razi Batubara. Bahkan Menag menyebut Muhammadiyah sebagai organisasi Islam pertama di Indonesia yang mendirikan rumah sakit dan universitas.
‘’Saya apresiasi terhadap gerakan dakwah Muhammadiyah yang selalu menampilkan karakter Islam yang rahmatal lil’alamin. Cara pandang moderat Muhammadiyah ini dapat berimplikasi positif pada kondusivitas di bidang-bidang lainnya mencakup ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya, dan pertahanan-keamanan, ’’ kata Menag, saat membuka seminar Pra Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Uhamka, pekan lalu.
Menurutnya sejarah di Indonesia telah banyak mencatat kontribusi serta kepeloporan Muhammadiyah sejak zaman perjuangan hingga mengisi kemerdekaan seperti sekarang ini. Banyak torehan prestasi yang sudah dilakukan organisasi ini mulai dari mengembangkan lembaga pendidikan modern sampai pada pelayanan kesehatan unggulan di Tanah Air dari sejak zaman pra kemerdekaan.
Semua itu lanjut dia menunjukkan bahwa Muhammadiyah dalam melangkah tidak banyak bicara tetapi dengan berbuat dan beramal. ‘’Muhammadiyah hadir tidak didasari oleh perasaan iri hati atau dengki, tetapi lebih kepada tanggung jawab dan kesadaran akan masa depan agama, bangsa, dan negara,’’ kata purniawaran jenderal bintang empat ini.
Mantan wakil panglima TNI mengungkapkan, Muhammadiyah dikenal sebagai organisasi pembangkit kesadaran dan wawasan umat Islam Indonesia tentang strategi memajukan umat melalui organisasi. Muhammadiyah juga memiliki sejumlah tokoh yang berperan besar dalam perjuangan kemerdakaan Indonesia antara lain Ki Bagus Hadikusumo, Kasman Singodimedjo, dan Abdul Kahar Muzakar.
Di sisi lain, Menag berharap kehidupan beragama di Indonesia betul-betul sesuai dengan sila-sila yang ada di Pancasila. Ia mengatakan, bahwa Indonesia yang didirikan bukanlah negara agama dan bukan negara sekuler. Melainkan, negara kebangsaan yang berketuhanan atau yang disebut Ketuhanan Yang Maha Esa. "Oleh karena itu yang sangat kita harapkan adalah kehidupan beragama kita betul-betul sesuai dengan sila-sila yang ada di Pancasila," kata Menag.
Ia menjelaskan, sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa yang berarti kita semua meyakini bahwa agama atau pandangan keagamaan yang dianut oleh setiap orang termasuk diri sendiri adalah agama yang paling benar. Tapi diri ini harus menghargai keyakinan orang lain yang meyakini bahwa agama dan pandangan mereka paling benar menurut mereka.
Kemudian sila kedua Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab yang dimaknai, lanjut Menag, hendaknya kehidupan beragama yang dibangun dapat berlaku adil dan beradab bagi agama dan pandangan keagamaan lain.
Terkait sila ketiga Persatuan Indonesia, hendaknya kehidupan beragama yang dianut dapat mempersatukan Indonesia, bukan memecah belah Indonesia. Lalu sila keempat, Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, menurutnya, kehidupan beragama yang dibangun adalah yang menghargai kesepakatan dan musyawarah, tidak bersikap mau menang sendiri.
Ia mengingatkan, kehidupan beragama seperti ini akan sulit dicapai kalau masing-masing orang merasa paling benar dan bagus. ‘’Oleh sebab itu diperlukan sikap beragama yang moderat," tegasnya.