Kamis 26 Mar 2020 13:55 WIB

Cegah Corona, Mendagri Dukung Larangan Mudik Bareng Lebaran

Tito menilai mudik cukup melelahkan dan membuat stamina berkurang.

Rep: Mimi Kartika/ Red: Teguh Firmansyah
Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian (tengah) menjalani pemeriksaan suhu tubuh saat akan memimpin Rapat Kerja Penenanggulangan COVID-19, di Kantor Gubernur Banten di Serang, Kamis (19/3/2020). Rapat digelar untuk mengkoordinasikan langkah-langkah dan strategi penanggulangan COVID-19. ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/hp.
Foto: ANTARA FOTO
Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian (tengah) menjalani pemeriksaan suhu tubuh saat akan memimpin Rapat Kerja Penenanggulangan COVID-19, di Kantor Gubernur Banten di Serang, Kamis (19/3/2020). Rapat digelar untuk mengkoordinasikan langkah-langkah dan strategi penanggulangan COVID-19. ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/hp.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian mengapresiasi larangan pemerintah daerah (pemda) terhadap mudik Lebaran di tengah pandemi Covid-19 di Indonesia.

Menurut dia, program mudik bareng dari pemerintah berasal dari kota-kota yang menjadi episentrum penyebaran virus Corona seperti Jabodetabek.

Baca Juga

"Dari data yang kita miliki, bila kita dapat mereduksi secara signifikan jumlah dan frekuensi program mudik bareng maka volume arus mudik dari kota-kota besar seperti Jabodetabek, yang merupakan episentrum penyebaran Covid-19, akan dapat ditekan secara signifikan," ujar Tito dalam keterangan tertulisnya, Kamis (26/3).

Ia mengatakan, imbauan beberapa pemda agar warganya menunda mudik untuk mengurangi risiko penularan Covid 19 selaras dengan keinginan Kemendagri.

Kebijakan diam di rumah, bekerja dari rumah atau work from home, mengurangi perjalanan ke luar kota, menjaga jarak sosial atau social distancing juga bermakna sama dengan anjuran penundaan mudik Lebaran.

Tito mengapresiasi Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang mengimbau warganya agar menunda mudik. Termasuk membangun komunikasi dan kerja sama dengan provinsi asal pemudik seperti Jabodetabek dan Jawa Barat untuk sosialisasi gerakan tunda mudik tahun ini.

Kendati demikian, kata Tito, dalam tingkat implementasinya, upaya tersebut tidak berarti akan mampu mencegah arus mudik secara total keseluruhan. Hal kongkret yang dapat dilakukan bersama antara pemerintah dan stakeholder lainnya adalah larangan atau pembatasan dengan super ketat acara mudik bareng yang menjadi tradisi setiap tahun oleh berbagai perusahaan, pemda, maupun kementerian/lembaga, serta organisasi masyarakat.

"Bersama Gugus Tugas Covid-19 pembatasan secara ketat acara “mudik bareng” tahun ini sedang dipertimbangkan matang sebagai kebijakan," kata Tito.

Menurut Tito, mudik cukup melelahkan dan membuat stamina ketahanan tubuh peserta mudik menurun. Padahal, virus Corona dapat menular kepada orang-orang yang imunitasnya tidak maksimal.

"Seperti kita tahu, mudik bareng cukup melelahkan dan pastinya mengakibatkan stamina ketahanan tubuh peserta mudik drastis ngedrop dan menjadi sasaran empuk serangan Covid-19," ungkap Tito.

Ia melanjutkan, biasanya juga ketika mudik Lebaran terjadi kerumunan penumpang baik di tempat keberangkatan maupun tujuan. Sementara, laporan riset Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menunjukkan, penularan Covid-19 sudah bersifat aerosol, yaitu transmissi lewat tumpangan partikel di udara.

"Otomatis mudik bareng, utamanya lewat moda transportasi darat, kereta api yang memakan waktu berjam-jam di perjalanan dengan kondisi sesak penumpang tentu menjadi ground field penularan Covid 19 secara masif," tutur Tito.

Tito mengingatkan para kepala daerah segera mengambil langkah detail di lapangan untuk mengantisipasi mudik jelang Lebaran. Hal itu ia ungkapkan dalam berbagai surat edaran dan juga kunjungan kerja ke beberapa provinsi seperti DKI Jakarta dan Banten.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement