Jumat 13 Mar 2020 17:37 WIB

Tambah 34 Orang, Total 69 Pasien di Indonesia Positif Corona

Jumlah pasien positif Corona di Indonesia Bertambah 34 orang.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Bayu Hermawan
Juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19 Achmad Yurianto
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19 Achmad Yurianto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah mengumumkan jumlah kasus positif corona di Indonesia kembali bertambah. Juru Bicara Pemerintah Penanganan Virus Corona, Achmad Yurianto mengatakan per hari ini, jumlah pasien yang positif corona bertambah 35 orang, sehingga total pasien positif Covid-19 berjumlah 69 orang.

"Hasil tracing yang kita laksanakan dua hari lalu. Sekarang kita umumkan 35 pasien. Kita lakukan tracing terus menerus," kata Yurianto di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat (13/3).

Baca Juga

Dua di antara pasien positif tersebut diketahui merupakan balita. Menurut Yurianto, kedua balita tersebut merupakan kasus yang ditemukan dari pelacakan kasus sebelumnya. Keduanya diketahui tertular dari kedua orang tuanya.

"Data yang saya berikan adalah hasil tracing yang dilaksanakan dua hari lalu setelah kita merilis 35 yang dilaporkan dari daerah sampai tadi siang. Ini menggambarkan bahwa kita harus melaksanakan tracing," ujar Yurianto.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengonfirmasi sudah ada dua pasien positif Covid-19 yang meninggal dunia. Presiden tidak memerinci lokasi dirawatnya dua pasien tersebut. Namun, berdasarkan informasi yang dihimpun, dua pasien positif Covid-19 yang meninggal dunia itu berada di Bali dan Solo. 

 

"Setiap ada klaster baru, tim reaksi cepat kita pasti langsung masuk, yang dibantu intelijen BIN, Polri, dan TNI. Setiap ada yang baru, pasti ini bergerak. Per 12 Maret di negara kita 34 kasus telah terkonfirmasi dan 2 pasien meningal dunia," kata Jokowi setelah meninjau pencegahan penyebaran Covid-19 di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Jumat (13/3). 

 

Presiden menekankan, penanganan pandemi Covid-19 merupakan prioritas pemerintah. Ia pun mengakui tidak semua informasi pasien diumumkan kepada publik, termasuk lokasi penyebaran dan jejak kontak pasien. Alasannya, menurut Presiden Jokowi, hal itu untuk menghindari keresahan dan kepanikan masyarakat. 

 

"Langkah-langkah serius telah kita ambil, tetapi juga saya sampaikan, di saat yang bersamaan kita tidak ingin menciptakan rasa panik dan keresahan di tengah masyarakat. Dalam penanganan memang kita tidak bersuara," kata Jokowi.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement