REPUBLIKA.CO.ID, oleh Antara, Reuters, Kamran Dikrama
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Rabu (11/3), menyatakan virus corona baru sebagai pandemi, yang berarti wabah itu telah menyebar luas ke seluruh dunia. Badan PBB itu menambahkan, bahwa Italia dan Iran kini berada di garis depan penyebaran wabah penyakit tersebut, dan sejumlah negara lainnya akan menyusul.
"Kami sangat khawatir baik dengan tingkat penyebaran dan keparahan maupun tingkat kelambanan untuk menangani virus corona. Dengan demikian kami menilai bahwa Covid-19 dapat diketegorikan sebagai pandemik," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus saat konferensi pers, Rabu (11/3).
Ia mendesak masyarakat dunia agar menggandakan upaya untuk membendung wabah tersebut. Langkah agresif, katanya, masih mampu berperan besar dalam membatasi pandemi.
Kepala program kedaruratan WHO, Mike Ryan, menilai situasi yang terjadi di Iran "sangat serius". WHO ingin melihat pengawasan yang lebih serta pengobatan ekstra bagi mereka yang terdampak.
Virus corona, yang pertama kali muncul di China pada Desember 2019, meluas ke seluruh dunia. Kini virus tersebut telah menginfeksi 118 ribu orang di 114 negara dan telah menelan 4.291 korban jiwa, dengan perkiraan jumlah tersebut akan terus meningkat.
Sekretaris Jenderal PBB António Guterres meminta pemerintah seluruh negara di dunia untuk memperhatikan kelompok-kelompok rentan seperti warga lanjut usia dan para fakir miskin dalam upaya penanggulangan pandemi jenis baru virus corona. Pernyataan disampaikan Guterres tak lama Tedros mengumumkan status pandemi corona.
"Selagi kita berduka terhadap mereka yang telah kehilangan nyawa dan banyak keluarga menderita, kita harus menunjukkan solidaritas kepada kelompok yang sangat rentan -- para lanjut usia, mereka yang sakit tanpa mampu mendapatkan perawatan memadai, dan mereka yang berada di ambang batas kemiskinan. Mari terus berjuang menghadapi pandemi ini tanpa ada prasangka," kata Guterres di New York, lewat tayangan yang diunggah laman resmi PBB, Rabu (11/3).
Guterres meminta pemerintah negara-negara yang terdampak Covid-19 untuk meningkatkan langkah pengendalian dan pencegahan virus.
"Ilmu pengetahuan membantu kita mengetahui jika negara-negara mampu mendeteksi, menguji, merawat, mengisolasi (pasien), memetakan (mereka yang kontak dengan pasien), dan mengerahkan sumber daya-nya untuk merespons pandemi ini, kita mampu melalui jalan panjang mencegah virus terus menyebar," ujar Guterres.
Menurut penjelasan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), pandemi merupakan epidemi yang telah menyebar ke banyak negara dan benua yang umumnya menjangkit masyarakat dalam jumlah besar. Adapun, epidemi merupakan situasi saat jumlah penderita suatu penyakit naik dalam jangka waktu cepat.
Data Worldometers, laman penyedia informasi statistik independen, per Kamis (12/3) menunjukkan jumlah pasien Covid-19 di seluruh dunia mencapai 126.380 jiwa. Sementara, korban meninggal dunia sebanyak 4.635 jiwa dan pasien pulih 68.313 jiwa.
Per hari ini, 124 negara dan wilayah, termasuk satu kapal pesiar Diamond Princess, telah terdampak penyebaran virus. Kasus terbanyak masih ditemukan di China dengan total 80.796 pasien positif Covid-19 (ditambah 18 kasus baru), Italia 12.462 kasus, Iran 9.000 kasus, Korea Selatan 7.869 kasus (ditambah 114 kasus baru), Prancis 2.281 kasus, Spayol 2.277 kasus, Jerman 1.966 kasus, dan Amerika Serikat 1.329 kasus (ditambah 28 kasus baru).
Menurut WHO masih ada 81 negara yang belum terinfeksi jenis baru virus corona. Jika ditelusuri dari laporan terbaru WHO dan data Worldometers, 81 negara yang belum terinfeksi itu berada di wilayah Asia Tengah, Asia Barat, Asia Selatan, Asia Tenggara, Afrika Utara, Afrika Barat, Afrika Tengah, Afrika Timur, Afrika Selatan, Amerika Tengah, Karibia, Amerika Selatan, Melanesia, Micronesia, Polinesia, dan Eropa Tengah.
"WHO is deeply concerned by the alarming levels of the #coronavirus spread, severity & inaction, & expects to see the number of cases, deaths & affected countries climb even higher. Therefore, we made the assessment that #COVID19 can be characterized as a pandemic" @DrTedros pic.twitter.com/Bu6xf5lHP5
— WHO Uganda (@WHOUganda) March 12, 2020
Klaim China
Pemerintah China menyebut epidemi virus corona, Covid-19, telah melewati fase puncaknya. Sebab hanya ditemukan delapan kasus baru di Provinsi Hubei pada Rabu (11/3). Itu pertama kalinya otoritas kesehatan di sana mencatat infeksi harian di bawah 10 kasus.
“Secara umum, puncak epidemi telah berlalu untuk Cina. Peningkatan kasus baru menurun,” kata juru bicara Komisi Kesehatan Nasional Cina Mi Feng pada Kamis (12/3).
Delapan kasus baru yang dilaporkan berasal dari Wuhan, ibu kota Provinsi Hubei yang menjadi pusat wabah Covid-19. Sementara di luar Hubei, Cina menemukan tujuh kasus baru dan enam di antaranya tertular di luar negeri.
Secara keseluruhan, pada Rabu (11/3), China mencatat 15 kasus baru Covid-19. Jumlah itu menurun karena sehari sebelumnya ditemukan 24 kasus.
Kendati menurun, surat kabar Partai Komunis China, People’s Daily, memperingatkan dalam tajuk rencananya bahwa kondisi masih sulit dan risiko penularan masih besar. Sementara, China Daily menilai pemerintah daerah harus melakukan yang terbaik untuk memastikan warga kembali bekerja sesegera mungkin.
Banyak bisnis masih menghadapi kekurangan tenaga kerja dan gangguan rantai pasokan. “Langkah-langkah pengendalian epidemi telah memberikan tekanan besar pada perusahaan China, terutama yang kecil dan menengah di sektor jasa,” kata China Daily dalam tajuk rencananya.
“Setiap penundaan lebih lanjut dalam pengembalian mereka ke operasi normal akan menyebabkan kebangkrutan luas dan kehilangan pekerjaan, yang akan mengancam stabilitas sosial,” tulis China Daily dalam tajuknya.
Cina tercatat memiliki 80.793 kasus Covid-19. Namun, hingga Selasa (10/3), 80 persen di antaranya atau 62.793 pasien telah sembuh dan dipulangkan dari rumah sakit.
Pada Rabu, terdapat 11 pasien meninggal akibat Covid-19. Dengan demikian, jumlah kematian akibat virus tersebut di Cina adalah 3.169 jiwa.