REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Penggunaan internet di Indonesia di dominasi generasi milenial dengan kisaran usia 18-24 tahun. Data Asosisasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII) tahun 2018 menunjukkan, pengguna internet di Indonesia mencapai 171,17 juta jiwa.
Dari data tersebut terlihat bahwa, layanan akses di sosial media lebih banyak pada aktivitas pesan instan (chatting). Tak heran jika dunia digital menjadi tempat pemasaran menjanjikan saat ini. Banyak sekali produk atau jasa yang dipasarkan lewat akses sosial media.
Tak hanya itu, digitalisasi dewasa ini, sudah merambah ke berbagai bidang. Mulai dari industri, lembaga pendidikan, promosi, lembaga pemerintahan dan lainnya.
Terkait hal tersebut, Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) menggelar Seminar Nasional BSI Digination sebagai upaya dan kontribusi dalam memajukan negeri. Kampus yang berbasis IT ini, selalu berinovasi dalam pemenuhan kualitas.
Seminar yang digelar di Aula UBSI Tagerang, Jalan Gatot Subroto no.8 Kecamatan Karawaci, Tangerang, Banten, Rabu (4/3) ini, memberi pemahaman dan semangat bagi para generasi milenial mempersiapkan bekal untuk masa depan mereka.
Tema yang diusung ialah 'Era Digital : Tantangan dan Peluang Generasi Milenial'. UBSI berharap seminar akan memberi dampak terhadap peningkatan kualitas SDM Indonesia, khususnya generasi milenial.
Seminar menghadirkan dua pemateri, yakni Damai Argakasih Lazuardini selaku Vice President Commercial Famous All Stars dan Rety Palupi selaku Head Digital Marketing BSI Group.
Rety Palupi menjelaskan, lulusan SMA/SMK akan kalah dengan lulusan Sarjana dalam hal pendapatan. Namun, jika mengambil jalan wirausaha, akan membuat peluang keduanya sama. Untuk itu, perlu komitmen dan ketekunan yang akan mempermudah dalam membangun kesuksesan.
"Kuliah, kerja atau kuliah sambil kerja semua itu pilihan kalian semua. Asalkan sudah tahu konsekuensinya," katanya dalam materinya seperti dikutip dalam rilis yang diterima Republika.co.id.
Ia menambahkan, dalam hal ini, lulusan SMA/SMK maupun sarjana, tetap memiliki peluang yang sama besar dalam meraih kesuksesan. “Namun, lulusan sarjana biasanya berpikir lebih berkembang dan lebih banyak pengalaman,” tuturnya.
Ia juga mengemukakan, seseorang bisa lebih sukses bahkan, hanya menjadi seorang influencer. Karena, sosmed bisa menjadi tempat untuk membangun personal branding diri sendiri. “Semua yang dipublikasikan di sosmed, akan mempengaruhi orang lain dalam menilai seperti apa diri kita,” ujarnya.
Perkembangan digital, juga mempengaruhi gaya atau style berpakaian. Dulu, pakaian menjadi sebuah identitas seseorang. Namun sekarang, hanya melihat tren, itu yang menjadi pilihan. “Bahkan bisa menciptakan tren sendiri,” tuturnya.
Atas dasar tersebut, Rety pun menyarankan agar bijak dalam menggunakan sosial media. "Dalam menggunakan sosmed, saat posting dapat banyak like, akan membuat perasaan kita senang. Begitu pun sebaliknya. Instagram menjadi sosmed yang membuat kecanduan. Jadi apapun itu, sesuaikan porsinya, jangan berlebihan" jelasnya.
Sosmed juga menjadi sumber informasi yang cepat. Terkadang, orang-orang mencari informasi dan pemberitaan dari sana. “Karena tak mudah dikontrol, muncullah istilah hoax atau kabar miring yang tak jelas sumbernya bertebaran,” kata dia.
Sebagai generasi milenial, Rety pun memberi tiga cara untuk menangkal hoax. "Saring sebelum sharing, laporkan atau berhenti di kita, lawan dengan berita positif," paparnya. Menurutnya, dengan membuat kampanye-kampanye positif di dunia digital, juga bisa membuat perubahan besar yang memunculkan aksi nyata.
Salah satu peserta dari SMK Bhakti Mulya Tangerang, Angel Stefani mengatakan, gelaran BSI Digination sangat keren dan menarik. Ia pun ingin acara seperti ini terus digelar tak hanya sekali.