Selasa 18 Feb 2020 15:10 WIB

Hingga Pertengahan Februari, 52 Jiwa Meninggal Akibat DBD

Kemenkes menyebut korban jiwa akibat DBD mencapai 52 orang.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Muhammad Hafil
Hingga Pertengahan Februari, 52 Jiwa Meninggal Akibat DBD. Foto: Pasien penderita demam berdarah dengue (DBD) menjalani perawatan di Paviliun Seruni RSUD Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Rabu (12/2/2020).
Foto: Antara/Syaiful Arif
Hingga Pertengahan Februari, 52 Jiwa Meninggal Akibat DBD. Foto: Pasien penderita demam berdarah dengue (DBD) menjalani perawatan di Paviliun Seruni RSUD Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Rabu (12/2/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat sebanyak 52 jiwa meninggal dunia akibat penyakit demam berdarah dengue (DBD) mulai 1 Januari 2020 hingga Ahad (16/2). Kasus DBD diperkirakan akan terus terjadi dan puncaknya terjadi selama Februari hingga Maret.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menyebutkan, kasus DBD di Indonesia mulai awal 2020 hingga Ahad (16/2) total sebanyak 7.079 angka kesakitan.

Baca Juga

"Kemudian angka kematian 52 orang. Kami mendapatkan laporan kasus dan kematian DBD dari 18 provinsi, 138 kabupaten/kota," katanya saat temu media, di Kemenkes, Jakarta, Senin (16/2) sore.

Ia menambahkan, kabupaten yang telah menyatakan status kejadian luar biasa (KLB) adalah Sikka, Nusa Tenggara Timur. Sementara itu, ia menyebutkan kabupaten yang mengalami peningkatan kasus signifikan yaitu di Lampung Tengah, Kabupaten Temanggung di Jawa Tengah, Kabupaten Belitung di Bangka Belitung. Pihaknya memprediksi DBD masih terjadi.

"Kemudian puncaknya pada Februari-Maret," ujarnya.

Kendati demikian, ia menyebutkan total kasus DBD tahun ini menurun dibandingkan periode yang sama di tahun 2019 lalu. Nadia menyebutkan total kasus akibat gigitan nyamuk aedes aegypti tahun lalu sebanyak 51.600 kasus dan 436 angka kematian. Ia menjelaskan, kasus DBD turun di tahun ini karena perubahan musim.

Ia menambahkan, musim hujan deras yang terjadi saat ini sangat mempengaruhi terjadinya peningkatan kasus DBD. Selain itu, dia melanjutkan, kasus DBD yang tinggi di berbagai provinsi tahun lalu membuat jajarannya aktif melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk.

"Bukan karena virulensi yang meningkat, tetapi karena peningkatan kasus tinggi itu seiring dengan upaya PSN. Sehingga kalau tahun lalu sudah menghabiskan sarang nyamuk, tahun ini (kasus DBD) pasti sangat kurang," ujarnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement