REPUBLIKA.CO.ID, CIAMIS -- Ratusan warga Kabupaten Ciamis melakukan aksi dengan turun ke jalan merespon pernyataan kontroversial yang dibuat Ridwan Saidi soal Kerajaan Galuh. Mereka menolak ucapan sejarawan Betawi itu yang mengartikan kata galuh sebagai brutal dan menyebut bahwa di wilayah Ciamis tidak ada kerajaan.
Koordinator lapangan aksi itu, Andi Ali Fikri mengatakan, Ridwan Saidi mesti datang ke Ciamis untuk membuktikan ucapannya. Sebab, banyak terdapat peninggalan Kerajaan Galuh di Kabupaten Ciamis.
"Kita merasa tidak nyaman dengan ucapan Ridwan Saidi. Kenapa harus memakai bahasa galuh itu brutal, Menurut referensi Armenia? Armenia yang mana? itu juga tidak disebutkan, tidak jelas," kata dia saat melakukan aksi, Jumat (14/2).
Ia menambahkan, jika Ridwan mengaku sebagai budayawan atau sejarawan, seharusnya membuka ruang edukasi bagi masyarakat, bukan justru membuat kegaduhan dengan ucapan yang sangat menyinggung warga Ciamis.
"Kalau seperti ini akan membuat masyarakat gaduh dan tidak kondusif. Karena Ciamis dan Galuh sangat melekat hubungannya," kata dia.
Andi mengatakan, Ridwan Saidi harus segera meminta maaf kepada warga Ciamis bila ucapannya tidak benar. Jika tidak ada klarifikasi dan permintaan maaf, lanjut dia, pihaknya tidak segan untuk melaporkan yang bersangkutan ke polisi.
Budayawan Ciamis, Aip Syaripudin mengatakan, pernyataan yang dibuat oleh Ridwan Saidi bukanlah urusan sepele. Menurut dia, ucapan itu telah menyinggung harga diri warga Ciamis.
"Karena itu, beliau harus minta maaf ke masyarakat Tatar Galuh," kata dia.
Aksi yang dilakukan di Alun-alun Ciamis itu juga dihadiri oleh Bupati dan Wakil Bupati Ciamis. Massa yang melakukan aksi juga melakukan penandatanganan pernyataan sikap dalam spanduk putih, menuntut Ridwan Saidi datang dan meminta maaf.