Kamis 13 Feb 2020 19:13 WIB

Pelaku Perundungan Biasanya Muncul karena Tertekan

Perundungan biasanya dilakukan pada anak yang kekurangan perhatian.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Andi Nur Aminah
Seto Mulyadi
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Seto Mulyadi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi atau yang lebih akrab disapa Kak Seto menanggapi viralnya video perundungan yang terjadi di SMP di Jawa Tengah. Ia mengatakan, perundungan biasanya dilakukan pada anak yang kekurangan perhatian.

Kasus perundungan di sekolah bertubi-tubi muncul. Kak Seto menilai, pelaku perundungan biasanya timbul karena perasaan terus tertekan. Oleh sebab itu, mereka mencari pelampiasan sehingga merundung temannya. "Ini banyak permasalahan. Artinya, seorang anak itu bisa meledak naluri agresivitasnya kalau mereka juga terus menerus tertekan. Jadi, pertama kita juga harus introspeksi mengenai sistem pendidikan kita," kata Kak Seto, dihubungi Republika.co.id, Kamis (13/2).

Baca Juga

Ia berpendapat, bisa jadi anak yang melakukan perundungan disebabkan karena hal yang ia lakukan tidak cukup dihargai. "Prestasi di bidang lain seperti olah raga, kesenian, begitu juga dihargai. Jadi setiap anak tidak hanya dituntut untuk prestasi dalam akademik, tapi mereka berprestasi lainnya juga," kata dia.

Peristiwa perundungan bisa dilakukan oleh berbagai usia. Ia bahkan pernah mencatat perundungan terjadi di TK dan di SD. Bahkan, berdasarkan penelitian dari kandidat doktor yang pernah ia uji, meyimpulkan 60 hingga 70 persen SD di Jawa Barat terjadi perundungan.  "Itu artinya, semua usia. SMP ada, SMA juga ada, bahkan di perguruan tinggi juga ada," kata dia.

Usia tidak terlalu memengaruhi perilaku perundungan seseorang. Kak Seto menjelaskan, perilaku merundung terkait dengan naluri agresivitas yang disebabkan oleh perasaan tertekan.

Perasaan tidak nyaman, tidak memiliki harga diri sehingga seorang pelaku perundungan perlu menunjukkan eksistensinya. Pada akhirnya, cara yang salah dilakukan yakni dengan merundung temannya.

Peristiwa perundungan di sekolah ini, menurut Kak Seto menunjukkan sekolah harus lebih tegas dalam tugasnya dalam menciptakan sekolah ramah anak. "Sekolah harus tegas. Baik oleh Kemendikbud atau dinas pendidikan, harus tegas menyatakan anti-bullying. Stop bullying sekarang dan untuk selamanya," kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement