Rabu 12 Feb 2020 18:10 WIB

Disparpora Tinjau Lokasi Penemuan Patung di Batu Mahpar

Disparpora berharap Balai Arkeologi mengirim tim untuk meneliti patung di Batu Mahpar

Rep: Bayu Adji P/ Red: Yudha Manggala P Putra
Warga menunjukkan patung kuno yang ditemukan di kawasan destinasi wisata Batu Mahpar, Kampung Tegalmunding, Desa Linggawangi, Kecamatan Leuwisari, Selasa (11/2).
Foto: Bayu Adji P/Republika
Warga menunjukkan patung kuno yang ditemukan di kawasan destinasi wisata Batu Mahpar, Kampung Tegalmunding, Desa Linggawangi, Kecamatan Leuwisari, Selasa (11/2).

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tasikmalaya meninjau langsung patung-patung yang ditemukan di kawasan wisata Batu Mahpar, Kampung Tegalmunding, Desa Linggawangi, Kecamatan Leuwisari, Rabu (12/2). Peninjauan itu untuk membuktikan informasi yang ramai di media mengenai penemuan patung kuno.

Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disparpora), Safari Agustin mengatakan, baru menerima laporan terkait penemuan patung pada Selasa (11/2). Karena itu, langsung datang ke lokasi penemuan.

"Benar ada penemuan patung-patung di lokasi ini. Tapi menyangkut keberadaan itu patung memiliki nilai sejarah arau tidak, kami tidak memiliki kewenangan menentukannya," kata dia di kawasan wisata Batu Mahpar, Rabu.

Atas penemuan itu, Disparpora akan segera membuat laporan ke Balai Arkeologi Jawa Barat. Ia berharap, Balai Arkeologi dapat mengirimkan tim untuk melakukan penelitian patung-patung itu. Dengan begitu, kejelasan nilai patung-patung tersebut dapat segera diketahui. "Apakah ini patung biasa atau punya sejarah lama tergantung mereka (arkeolog)," kata dia.

Ia menambahkan, jika patung-patung itu akhirnya dinyatakan sebagai salah satu cagar budaya, pemerintah tentu akan mengamankannya. Sebab, penemuan cagar budaya pasti akan menjadi kekayaan daerah, khususnya Kabupaten Tasikmalaya.

Sebelumnya, sekira 22 patung kuno ditemukan di kawasan wisata Batu Mahpar, Kampung Tegalmunding, Desa Linggawangi, Kecamatan Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya, pada Ahad (9/2). Patung-patung yang diduga memiliki nilai sejarah itu terdiri dari berbagai bentuk yaitu manusia kerdil dan gajah yang menyerupai patung Ganesha.

Pemilik kawasan Batu Mahpar, Irjen Pol (Purn) Anton Charliyan mengatakan, patung-patung itu sebenarnya telah ditemukan oleh para pekerjanya sejak 2013. Lantaran tak dianggap benda berharga, ia menginstrusikan para pekerjanya untuk mengubur patung-patung itu di satu lokasi. "Ketika itu saya sedang di luar daerah. Karena saya tak tahu jelas, minta para pekerja mengubur kembali," kata Abah, sapaan Anton Charliyan.

Namun, pada Ahad lalu Abah menyuruh para pekerjanya untuk menggali kembali patung-patung yang telah dikubur. Sebab, ia berencana membuat museum di kawasan itu. Patung-patung lawas dianggap dapat menambah koleksi museumnya tersebut.

Ia mengaku terkejut saat melihat bentuk patung-patung itu. Menurut dia, patung yang ditemukan itu memiliki nilai seni yang tinggi.

"Di sini masalahnya bukan patung kuno atau apa-apa. Justru saya pikir ini sebuah benda seni," kata dia.

Abah menambahkan, pihaknya akan segera berkoordinasi dengan pemerintah daerah terkait patung-patung itu. Jika patung itu dinilai memiliki sejarah, ia meminta arkeolog untuk segera menelitinya.

"Saya harap ini bukan patung purbakala agar bisa dijual atau bisa dikoleksi sendiri. Kalau purbakala akan saya serahkan kepada pemerintah," ujar dia sembari tertawa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement