Kamis 23 Jan 2020 05:44 WIB

Amanat Bernama Bank Muamalat

Kami ingin senantiasa berada di tengah-tengah umat Islam Indonesia.

MUAMALAT PRIORITAS. CEO Bank Muamalat Achmad K Permana menyampaikan sambutan pada malam Tasyakuran ke-2 Muamalat Prioritas di Jakarta, Selasa (26/2).
Foto: Yogi Ardhi/Republika
MUAMALAT PRIORITAS. CEO Bank Muamalat Achmad K Permana menyampaikan sambutan pada malam Tasyakuran ke-2 Muamalat Prioritas di Jakarta, Selasa (26/2).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Achmad K. Permana*

Saat didirikan pada tahun 1999 oleh Jack Ma, Alibaba adalah perusahaan internet yang amburadul. Mereka kelimpungan memenuhi permintaan dan para pelanggannya pun mengeluh. Namun, Alibaba terus bertahan. Bukan karena modalnya yang besar melainkan justru karena permintaan pelanggan mereka juga.

Alibaba memang didirikan untuk membantu pengusaha kecil di China yang ingin go international. Sebab kala itu hanya pengusaha besar yang bisa berpameran di luar negeri. Sehingga sekalipun layanannya belum maksimal mereka tetap mendukung Alibaba. Mereka memang mengeluh tetapi tidak sampai hati berharap Alibaba tutup. Sebaliknya, mereka tetap memberi masukan dan semangat.

Apa yang terjadi kemudian adalah Alibaba sukses dan menjadi simbol kebangkitan ekonomi China. Mereka bersaing dengan Amazon bahkan sanggup mengalahkan eBay. Semua itu berkat kepercayaan serta dukungan dari pelanggannya. Itulah mengapa Jack Ma berani berkata: Pelanggan nomor satu, karyawan nomor dua, pemegang saham baru nomor tiga.

Pun demikian dengan pionir bank syariah di Indonesia, Bank Muamalat. Saat pertama kali didirikan pada 1991 kehadirannya adalah demi mengakomodir keinginan masyarakat Muslim Indonesia. Umat Islam di Indonesia gelisah karena ingin uangnya dikelola secara syariah tetapi tak ada alternatif selain bank konvensional.

Kegelisahan tersebut ditangkap ulama dan pengusaha Muslim yang kemudian melobi presiden Soeharto untuk membentuk bank tanpa bunga alias bank syariah. Kemudian berdirilah Bank Muamalat sebagai perintis industri keuangan syariah Tanah Air. Kelahirannya lantas melecut semangat praktisi ekonomi syariah untuk membangun ekosistem keuangan syariah di Indonesia.

Alhasil saat ini kita bisa menikmati layanan asuransi, investasi di pasar modal syariah hingga surat berharga berbasis syariah. Bahkan saat ini sudah banyak berdiri sekolah dan jurusan syariah. Lebih jauh lagi, industri halal seperti hotel dan makanan juga semakin berkembang berkat adanya dukungan dari jasa keuangan syariah.

Menilik alasan berdirinya, Bank Muamalat bukanlah bank yang ditujukan untuk kepentingan individu. Bukan pula semata untuk mencari keuntungan. Lebih dari itu, Bank Muamalat berdiri di atas kepentingan umat. Hal itu pula yang membuat Bank Muamalat dapat bertahan sampai saat ini. Termasuk bertahan dan melewati badai krisis keuangan yang menimpa Indonesia sekitar 1998.

Saat pertama kali diberi kepercayaan untuk memimpin bank ini sekitar 2017 saya langsung merasakan aura tersebut. Betapa umat Islam sangat mencintai bank ini sekalipun badai cobaan datang silih berganti. Bukan hanya solidaritas umat Islam Indonesia saja tetapi juga dari seluruh dunia. Sokongan Islamic Development Bank (IsDB) adalah buktinya.

Bagi saya Bank Muamalat adalah ikhtiar. Karenanya, dia terus berusaha menyempurnakan diri. Sehingga wajar jika kemudian dalam perjalanannya ada fase naik dan turun. Sama seperti Alibaba dan pelanggannya, keluhan nasabah tentu saja ada. Namun, Bank Muamalat dapat berdiri sampai 27 tahun lebih juga berkat masukan dan kepercayaan nasabah. Karena itu saya selalu yakin Bank Muamalat akan terus maju selama dua hal tersebut ada.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement