REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro mengapresiasi Dexa Group. Pasalnya, produsen obat-obatan itu dinilai telah mengupayakan penelitian dan pengembangan produk farmasi dengan memanfaatkan bahan baku keanekaragaman sumber daya biodiversitas asli Indonesia.
"Langkah ini merupakan wujud hilirisasi industri seperti yang diharapkan oleh pemerintah," ujar Bambang saat melakukan kunjungan kerja ke Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences (DLBS) Dexa Group di Cikarang, Rabu (8/1).
Menurut Bambang, farmasi merupakan bisnis yang tidak mudah. Saat ini, bahan baku sektor usaha ini masih didominasi oleh produk impor. Bahkan persentasenya mencapai 90 persen. Selain itu, bisnis farmasi juga termasuk usaha dengan regulasi yang ketat.
Karena itu, Bambang pun mengapresiasi investasi dan kegiatan riset serta pengembangan demi pengembangan produk yang dilakukan Dexa Group. Hanya dengan cara inilai daya saing produk lokal bisa terjaga. "Ini bisa menjadi contoh bagi pelaku usaha lainnya," kata dia.
Melalui hilirisasi ini otomatis bisa mengurangi impor bahan baku obat atau alat kesehatan. Ia ingin pengusaha tak lagi sekadar membuat obat di dalam negeri namun dengan bahan baku diimpor. Pemerintah ingin produksi obat disertai dengan riset dan pengembangan sehingga terwujud subtitusi bahan baku obat impor.
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro (kedua kiri) melakukan kunjunga kerja ke Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences (DLBS) Dexa Group di Cikarang, didampingi Executive Director DLBS Raymond Tjandrawinata (kiri).
Executive Director DLBS Raymond Tjandrawinata mengatakan Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) bisa menjadi subtitusi bahan baku obat kimia impor. Selain mengurangi impor, OMAI juga bisa menjadi tambang devisa karena produknya bisa diekspor ke negara lain.
"Ini juga bisa menjadi kebanggaan kita karena Indonesia sanggup membuat obat sendiri," ujarnya. "Kita harus menemukan obat-obatan baru baik dari bahan baku tanaman, herbal, bakteri, dan sebagainya."
Produk hilirisasi hasil riset Dexa Group sejak 2011 telah menghasilkan sedikitnya 18 obat bernomor izin edar Fitofarmaka. Obat-obatan produk lokal ini telah diekspor ke empat benua, yakni Amerika, Afrika, Asia, dan Eropa.
Raymond mengatakan DLBS sebagai organisasi riset bahan alam hingga saat ini telah meneliti dan memproduksi bahan baku aktif obat herbal. Upaya ini sebagai langkah mendorong kemandirian bahan baku obat nasional sekaligus memberikan nilai tambah bagi perekonomian nasional. "Karena ini memberdayakan para petani hingga ke distributor," ujarnya menegaskan.