Ahad 24 Nov 2019 15:47 WIB

Sosialisasi Stunting di Bogor Belum Capai Sasaran

Kurangnya gizi mikro pada ibu hamil dan ASI ekslusif pada bayi penyebab stunting.

Upaya mencegah stunting (ilustrasi)
Foto: Republika/Amin Madani
Ibu menyusui anaknya (ilustrasi)

Kerja sama dengan pengusaha

Menyadari hal ini Dinas Kesehatan dan Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Bogor mulai mengadakan sosialisasi mengenai stunting pada tahun ini. Sosialisasi ini diadakan bekerja sama dengan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) cabang Bogor. Namun, sosialisasi baru diadakan di sekitar 40 perusahaan. Jumlah yang masih sangat kecil dibandingkan jumlah keseluruhan pekerja perempuan yang mencapai 59.718 dari 2.092 perusahaan.

Kepala Bidang Hubungan Industrial Dinas Ketenagakerjaan Kab. Bogor Harjani Retnaningsih mengatakan, sosialisasi ini dilakukan dengan mengundang dokter dari asosiasi ibu menyusui. Dan animo dari sosialisasi ini, kata Harjani, bagus sekali.

"Dari sini ternyata banyak yang mengaku baru tahu pentingnya ASI eksklusif, dan apa itu stunting. Animonya besar," kata Harjani.

Kurangnya anggaran masih menjadi alasan utama dalam terbatasnya pelaksanaan sosialisasi ini. Dinas Ketenagakerjaaan telah mendorong Gerakan Pekerja Perempuan Sehat Produktif (GP2SP) agar para perusahaan mau ikut berpartisipasi dalam program ini.

Dalam hal ini juga turut disosialisasikan pentingnya penyediaan ruang laktasi untuk meningkatkan produktivitas para pekerja perempuan. Adanya ruang laktasi membuat para ibu yang bekerja tidak perlu susah-susah pulang untuk menyusui bayi mereka.

Penyediaan ruang laktasi, kata Harjani, merupakan salah satu syarat perusahaan untuk bisa mendapatkan pesanan dari pembeli di Kabupaten Bogor. Akan tetapi, tidak adanya sanksi dari pengawas yang berasal dari Pemerintah Provinsi membuat syarat ini terabaikan, sehingga baru sekitar 100 perusahaan yang menyediakan ruang laktasi. Hal itu karena masih belum diatur secara khusus oleh regulasi pemerintah.

Untuk mengatasinya, kata Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Kabupaten Bogor, Dede Agung, diperlukan suatu komitmen yang jelas dari pihak perusahaan. "Rencana ke depan kita akan membuat komitmen dari perusahaan, paling tidak komitmen ini agar bisa menerapakan kebijakan untuk pencegahan stunting," ujar Dede.

Rencananya, kolaborasi dengan sektor bisnis akan ditindaklanjuti di awal tahun. Dengan ini harapannya, konsep siklus 1000 hari pertama kehidupan (HPK) dengan fokus sekunder pada wanita usia subur dengan risiko anemia dan gizi bisa teratasi. (Idealisa Masyrafina)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement