Jumat 22 Nov 2019 13:25 WIB

BPPT Miliki Teknologi Pantau Level Air Gambut

BPPT berharap pemasangan teknologi itu memudahkan pantauan level air tanaman gambut

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Gita Amanda
Lahan gambut
Lahan gambut

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca-Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BBTMC-BPPT) memasang SMOKIES (Sistem Monitoring Online Kandungan Air Lahan Gambut Indonesia untuk Early Warning System) di dua titik di wilayah Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. BPPT berharap pemasangan teknologi itu memudahkan pantauan level air pada tanaman gambut.

“Kedua lokasi tersebut berada wilayah Ogan Komering Ilir, Sumsel, di areal lahan gambut beberapa perusahaan,” kata Kepala BBTMC-BPPT Tri Handoko Seto, dalam siaran pers, Jumat (22/11).

Seto menjelaskan SMOKIES merupakan sistem informasi secara  real time pengukuran langsung pada lahan gambut untuk memantau potensi kebakaran hutan. Lokasi yang menjadi target pemasangan SMOKIES yaitu di areal PT. Kelantan Sakti dan PT. Rambang Agro Jaya.

Saat ini, BBTMC-BPPT telah menyempurnakan SMOKIES dengan sistem komunikasi LoRA (Long Range Access) yang dapat menjangkau daerah yang tidak ada sinyal GSM.

“Dengan bantuan LoRA ini maka telemetri data dari daerah blank spot masih dapat diatasi dengan baik,” ujar Seto.

SMOKIES yang ditanam di wilayah Sumsel menambah jumlah SMOKIES menjadi empat hingga saat ini. Dua lainnya, dipasang di wilayah Kalimantan Tengah.

“Jumlah tersebut sangat kecil. Untuk seluruh wilayah gambut yang rentan kebakaran hutan seperti Kalbar, Kalteng, Riau, Jambi, termasuk Sumsel dibutuhkan sekitar 200 SMOKIES,” ucap Seto.

Rencananya, untuk produksi massal SMOKIES akan dilakukan perusahaan swasta. Sedangkan BPPT hanya memberikan konsultasi pengembangannya.

Sementara itu, Kepala Bidang Penerapan TMC BBTMC-BPPT Budi Harsoyo mengatakan data level air di wilayah lahan gambut yang ditanam SMOKIES akan masuk ke server BPPT. Selanjutnya data tersebut akan ditampilkan dalam visualisasi website.

"Untuk saat ini visualisasi website masih dalam proses penyempurnaan, namun sudah bisa memantau seperti halnya kondisi gambut di sebagian wilayah Sumsel kemarin,” paparnya.

Diketahui, status Siaga Darurat operasi TMC di wilayah Sumsel sudah berakhir terhitung 18 November 2019. Status siaga darurat di Sumsel diperpanjang setelah sebelumnya ditetapkan hingga akhir Oktober.

Selama operasi TMC berlangsung dari akhir Agustus hingga 17 November telah dilaksanakan 79 sorti (penerbangan penyemaian awan), dengan total jam terbang sekitar 145 jam. Bahan semai yang dihabiskan selama kegiatan TMC berlangsung capai 76,2 ton NaCL dan 40,9 ton kapur tohor. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement