REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta mengimbau masyarakat di daerah itu mewaspadai cuaca ekstrem memasuki pancaroba atau peralihan dari musim kemarau ke hujan.
"Pada masa pancaroba perlu diwaspadai potensi cuaca ekstrem berupa potensi hujan lebat disertai petir dan angin kencang," kata Kepala Kelompok Data dan Informasi Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta Etik Setyaningrum di Yogyakarta, Kamis (21/11).
Ia mengimbau masyarakat yang bertempat tinggal di bantaran sungai untuk selalu waspada bila terjadi hujan lebat yang berpotensi banjir dan longsor, khususnya di daerah-daerah yang rawan longsor.
"Bila ada petir untuk menghindari tempat-tempat yang lapang dan terbuka, jangan berteduh di bawah pohon, jangan berkendara motor di jalan dan lebih baik berteduh di bawah bangunan yang kuat," kata dia.
Pada masa peralihan musim ini, kata dia, pertumbuhan awan akan mulai meningkat. Pembentukan awan tersebut dapat pula menyebabkan rasa gerah di Yogyakarta.
"Dengan adanya awan maka radiasi panas dari Bumi ke atmosfer dapat tertahan oleh awan tersebut dan menjadikan suhu udara di bumi menjadi panas dalam bentuk gerah," kata dia.
Secara umum, kondisi terik dan gerah akan hilang ketika wilayah DIY sudah maksimal dalam memasuki musim hujan yang diperkirakan jatuh pada Desember mendatang.
Memasuki pancaroba saat ini, menurut Etik, hujan sudah mulai muncul di beberapa wilayah di DIY meski tidak merata dan masih bersifat lokal.
Menurut Etik, suatu wilayah dikatakan sudah memasuki musim hujan apabila curah hujan telah mencapai 50 milimeter (mm) lebih dalam satu dasarian (10 hari) dan kondisi itu bertahan dua dasarian berikutnya secara berturut-turut.
Menurut prakiraan BMKG, musim hujan akan datang secara bertahap di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, dimulai dari wilayah Kabupaten Kulonprogo bagian utara dan Sleman bagian barat.