jatimnow.com - Telur ayam milik warga Desa Bangun, Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto dan Desa Tropodo, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo, disebut terpapar racun dioksin akibat asap yang dikeluarkan pabrik tahu setempat.
Mulyono (39), salah satu pengusaha tahu di Desa Tropodo, mengatakan, pabrik miliknya menggunakan sampah plastik menjadi bahan bakar, lantaran nilai belinya murah daripada bahan bakar kayu.
"Kalau kayu harga satu truk Rp 3 juta, sedangkan sampah plastik harganya Rp 500 ribu hingga Rp 700 ribu setiap truknya. Kami pakai sampah plastik jadi bahan bakar dan serbuk kayu karena murah dan pemakaiannya sama dengan kayu," ungkap Mulyono saat ditemui di pabriknya, Rabu (20/11/2019).
Mulyono menambahkan, untuk satu truk sampah plastik yang dijadikan bahan bakar, habis dua sampai tiga hari, sama seperti bahan bakar kayu.
"Kami pakai sampah plastik habis dua sampai tiga hari. Proses produksi seperti biasa kedelai di kasih air, setelah mekar lalu digiling dan digodok (direbus), disaring diambil sarinya lalu digoreng. Sampah plastik buat bahan bakar tahu, ya buat pembakaran goreng tahu," bebernya.
Mulyono menambahkan, pabrik tahu itu sudah dikelola orang tuanya sejak tahun 2006. Dan selama itu, asap yang dikeluarkan oleh pabrik, sekitar 30 pabrik tidak pernah dikeluhkan.
"Tidak ada keluhan apa-apa, produksi pakai itu (sampah plastik). Buktinya selama ini tidak ada keluhan tentang telur beracun, buktinya ternak juga baik aja. Tolong jangan dibesar-besarkan, selama ini tidak ada keluhan dari warga," tegasnya.
Sementara itu, Ami warga Dusun Ploso, Desa Bangun, Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto menyebut, ternak warga tidak ada yang mati.
"Kalau disebut telur ada racunnya, buktinya ternak ayam atau bebek di sini tidak ada yang mati. Kalau mengandung racun, hewan ternak kan mati. Telur di sini dikonsumsi oleh masyarakat dan tidak ada keluhan sama sekali," tandasnya.