YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah- PT SCM (Syarikat Cahaya Media) atau Suara Muhammadiyah (SM) melakukan peletakan batu pertama SM Tower. Peletakan batu tersebut dipimpin oleh Haedar Nashir, Ketum PP Muhammadiyah, Ahmad Syafii Maarif, Pemimpin Umum Suara Muhammadiyah, Muchlas Abror, Wakil Pemimpin Umum Suara Muhammadiyah, Agung Danarto, Sekretaris PP Muhammadiyah, dan Haryadi Suyuti, Wali Kota Yogyakarta.
Selain, ground breaking SM Tower, Suara Muhammadiyah juga meluncurkan 48 produk muktamar. Sebagaimana Muktamar ke-48 pada 2020 mendatang, 48 produk tersebut sekaligus sebagai penanda perhelatan akbar Muhammadiyah 5 tahunan ini.
Produk-produk ini mulai dari batik, kaos, jaket, topi, hingga pernak-pernik lain. Semua ini tersedia di Suara Muhammadiyah dan semua jaringan SM Corner se-Indonesia.
Kegiatan yang dipusatkan di halaman parkir SM (tanah di mana nantinya SM Tower didirikan) di jalan KH A Dahlan 107 Yogyakarta ini, Suara Muhammadiyah juga meluncurkan buku Sejarah Suarah Muhammadiyah jilid 1 & 2. Peluncuran dilakukan dengan penandatanganan prasati oleh Haedar Nashir, Ahmad Syafii Maarif, Muchlas Abrar, dan Deni Asy’ari, Direktur Utama PT SCM.
Tidak hanya itu, guna menambah nilai syiar Suara Muhammadiyah sebagai majalah tertua di Indonesia, melalui seremoni ini, SM juga meluncurkan Suara Muhammadiyah Logistik unit baru di bidang jasa pengiriman, SM Digital, dan SM Store sebagai upaya untuk merambah dunia digital.
Semua kegiatan ini dikemas dalam pameran bertajuk Muhammadiyah Expo Muhammadiyah 2019. Kemeriahan expo sangat terasa dengan keberadaan bazzar.
Dirut SM Tower, Deni As’ari mengatakan ini merupakan bagian dari komitmen pimpinan SM untuk terus menguatkan syiar media resmi Muhammadiyah ini. Sekaligus, katanya, sebagai bentuk optimisme Muhammadiyah untuk menatap dakwah di bidang ekonomi.
Menurut Deni, potensi Muhammadiyah sangat besar dan sangat memungkinkan bagi Persyarikatan untuk mandiri dan mengelola bisnis dalam skala besar. Semuanya tergantung pada mindset.
Salah satunya Deni mencontohkan, dengan adanya Grha Suara Muhammadiyah, selama ini banyak dari kalangan dalam yang justru beratanya berapa SM pinjam ke bank untuk membangunnya. “Alhamdulillah dengan semangat dan profesionalime, kami membangun dengan biaya nol rupiah dari bank. Kami bangun dengan dana sendiri, bukan dari bantuan,” tegasnya.
“Karenanya bermodal keyakinan dan profesionalisme ini, kami juga berusaha dalam pembangunan SM Tower, untuk tidak menerima bantuan bank dan dibangun dengan modal sendiri,” imbuh Deni. (gsh).