REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Kalimantan Barat (BKKBN Kalbar), Kusmana mengingatkan keluarga selalu menjaga pemberian gizi seimbang kepada anak-anaknya terutama ke pada balita (bayi di bawah lima tahun). Hal tersebut untuk mencegah anak tidak menderita kekurangan gizi dan mengalami stunting.
"Pemenuhan gizi balita ini sangat berpengaruh sekali pada perkembangan mereka, termasuk kemungkinan anak itu mengalami stunting. Bila anak sudah di atas umur balita dan sudah terlanjur mengalami stunnting, sangat sulit ditanggulangi," kata Kusmana di Pontianak, Senin (11/11).
Menurutnya, pencegahan terjadinya stunting itu tidak hanya dimulai dari pemberian gizi kepada balita saja. Hal itu harus dilakukan sejak persiapkan seorang wanita menjadi seorang calon ibu yang sedang hamil.
"Pada masa hamil ini juga perlu dijaga asupan gizi, dan yang paling penting adalah calon seorang ibu ini memang sudah matang dari segi umur, yaitu dengan masa pernikahannya berumur 20 hingga 21 tahun. Jadi mulai dari calon ibu, kemudian hamil itu sangat penting diperhatikan karena itu 1.000 hari pertama kehidupan," ujarnya.
Ia menambahkan, penanggulangan stunting merupakan salah satu program prioritas proyek nasional pemerintah. Dan hal ini juga menjadi perhatian spesial bagi BKKBN sebagai salah satu yang mempunyai amanah dalam membantu masyarakat.
Hal ini khususnya dalam hal sosialisasi pemaparan bagi keluarga ibu hamil, keluarga yang memiliki balita, tokoh masyarakat, dan seluruh komponen masyarakat lain di level tingkat desa. Lebih khusus lagi pada masyarakat ada di Kampung KB.
"Seperti yang telah kami lakukan yaitu sosialisasi materi dan media KIE Proyek Prioritas Nasional (Pro PN) dalam upaya penurunan stunting di beberapa daerah seperti di Sandai, Nanga Serawai di Kabupaten Sintang dan di beberapa desa di Kabupaten Ketapang. Dengan menyasar kepada para remaja putri, ibu hamil, ibu yang memiliki balita serta komponen masyarakat lainya," ujarnya.
Kepada mereka ini, ujar Kusmana di tekankan tentang pengetahuan pemberian asupan gizi seimbang, perawatan kehamilan dan penekanan pendewasaan perkawinan. Karena semua ini diawali usia perkawinan di bawah umur itulah salah satunya menjadikan anak itu stunting.
"Tidak hanya itu, pernikahan usia muda itu mentalnya juga belum siap, kebanyakan mengakibatkan kawin cerai maka anak akan menjadi cerai. Kemudian juga berakibat belum siapnya ibu muda ini dalam mengasuh, pembimbingan anak, pendidikan bayi yang baru dilahirkan dan pada usia balita anaknya tersebut. Saya berharap dengan sosialisasi ini, angka stunting Kalbar yang saat ini berada di 32 persen ini dapat turun," ujar Kusmana.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
