REPUBLIKA.CO.ID, BANYUWANGI -- Festival Band Remaja 2019 yang digelar untuk pertama kalinya di Banyuwangi, Rabu (23/10) berlangsung meriah. Para finalis tampil maksimal dan sukses menghibur penonton yang memadati Gesibu Blambangan, tempat digelarnya event.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi Sulihtiyono menjelaskan, Festival Band Remaja ini dimeriahkan oleh enam band finalis, yang terdiri atas 3 finalis kategori SMA/SMK dan 3 finalis kategori mahasiswa.
"Keenam finalis yang tampil malam ini adalah band-band yang berhasil lolos di babak penyisihan dengan mengalahkan 44 band lainnya," terang Sulihtiyono saat membuka acara.
Berharap menjadi yang terbaik di ajang ini, keenam finalis berlomba-lomba menyajikan penampilan terbaiknya. Dengan kepiawaiannya memainkan alat musik dan bernyanyi, mereka tampil all out menghibur penonton dengan satu tembang yang dibawakannya. Ada yang menyanyikan lagu milik Tompi, Rossa, hingga Afgan.
Seperti penampilan band dari SMAN I GIRI. Grup yang terdiri dari 5 orang ini menyuguhkan penampilan yang atraktif dengan membawakan lagu Sakura yang dipopulerkan Fariz RM.
"Senang banget bisa nyanyi di sini. Akhirnya saya bisa menyalurkan kembali hobi bermusik saya di ajang ini. Ini keren, setiap tahun harus tetap ada nih," ujar Hemas, pemilik suara tenor yang juga vokalis band SMAN I GIRI itu.
Selain penampilan band SMA/SMK, penonton juga dibuat terpukau oleh penampilan band mahasiswa. Salah satunya, band Politeknik Negeri Banyuwangi (Poliwangi). Band ini sukses membawakan lagu Panah Asmara milik Afghan dengan sangat cantik. Suara merdu vokalis berpadu dengan iringan musik yang menghentak mampu membius penonton yang hadir.
"Bangga banget bisa menunjukkan bakat dan hobi kami di depan banyak orang. Kami juga bisa bertemu dan saling sharing tentang musik dengan band lain," kata Amelda Paradhita, salah satu personel.
Secara terpisah, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, festival yang digelar untuk pertama kalinya ini menjadi wadah bagi para remaja Banyuwangi untuk menyalurkan kreativitasnya di bidang musik.
“Ajang ini wadah untuk mengasah kreativitas bermusik remaja Banyuwangi. Kenapa remaja? Karena di usia inilah mereka harus diberi ruang untuk berekspresi agar tidak melakukan hal-hal yang negatif. Untuk itu, Banyuwangi menyediakan panggung bagi mereka untuk menyalurkan bakat bermusik dan memanfaatkan waktu luangnya secara tepat,” kata Anas.
Sebelumnya, Banyuwangi juga telah menggelar beberapa wadah bermusik bagi anak-anak muda daerah yang terangkum dalam agenda Banyuwangi Festival. Mulai dari Lalare Orkestra, Festival Band Pelajar, hingga Festival Jazz Pelajar.
Bahkan, di Festival Jazz Pelajar juga dibuka Coaching Clinic bagi peserta untuk memperkaya wawasan maupun teknik bermusik di genre jazz yang diketahui cukup rumit. Tak tanggung-tanggung, pemateri sekaligus jurinya pun dihadirkan dari tingkat nasional, seperti Nikita Dompas dan Indra Aziz.
“Kami ingin di Banyuwangi lahir musisi-musisi dengan kualitas yang baik. Pemkab mendukung sepenuh hati untuk itu, salah satunya lewat event semacam ini,” kata Anas.