REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Sebanyak tiga ruangan kelas di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 02 Cijolang, Kampung Karyalaksana, Desa Cijolang, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Garut, ambruk pada Rabu (23/10). Tak ada korban jiwa dalam kejadian itu lantaran musibah tersebut terjadi pada sore hari ketika pada siswa telah pulang ke rumahnya masing-masing.
Kepala Sekolah SDN 02 Cijolang, Agus Mulyana mengatakan, robohnya atap ruang kelas itu terjasi pada Rabu sekitar pukul 14.30 WIB. Menurut dia, tak ada fenomena besar sebelum kejadian tersebut, hanya terdapat angin yang cukup kencang. Namun, tiba-tiba atap roboh.
"Untungnya saat itu tidak ada proses kegiatan belajar mengajar (KBM)," kata dia, Kamis (24/10).
Ia menilai, robohnya atap sekolah itu sebenarnya telah diprediksi. Kayu atap bangunan telah lapuk, tembok mulai retak, serta banyak kayu jendela mulai dimakan rayap. Bahkan, sejak sebulan terakhir guru yang mengajar di tiga ruangan yang diperuntukkan bagi siswa kelas 1, 2, dan tiga, itu sering mendengar bunyi dari lapuknya kayu bangunan ketika angin kencang.
Agus sempat berkoordinasi dengan Pemerintah Desa Cijolang. Pihak desa menyarankan agar proses para siswa sementara dipindahkan ke Madrasah Al Mutadin yang berlokasi sekitar 200 meter dari sekolah untuk mengantisipasi kejadian tak diinginkan.
"Tapi begitu siswa pulang kemarin, atap sudah ambruk," kata dia.
Menurut dia, pihaknya sudah mengajukan proposal untuk renovasi tiga ruang kelas itu sejak 2017. Namun, belum ada realisasi perbaikan hingga atap sekolah yang telah berdiri sejak 1976 itu roboh.
Robohnya atap bangunan SDN 02 Cijolang bukan yang kali pertama. Pada 2008, tiga ruangan untuk kelas 4, 5, dan 6, pernah mengalami kejadian serupa, bahkan lebih parah. Kejadian itu terjadi pada saat jam belajar. Untungnya ketika itu para siswa sedang beristirahat dan berada di luar kelas.
Agus menjelaskan, perbaikan langsung dilakukan secara swadaya tak lama pascakejadian itu. Alhasil, proses KBM para siswa tak terlalu lama terganggu.
Akibat robohnya atap ruang kelas itu, Agus mengatakan, mulai Jumat (25/10) sekitar 50 siswa kelas 2 dan 3 akan dipindahkan sementara ke Madrasah Al Mutadin. Sementara siswa kelas 1 tetap ditempatkan di sekolah, bercampur dengan siswa kelas lainnya di tiga ruang kelas yang tersisa.
Ia mengatakan, kejadian itu sudah dilaporkan ke Dinas Pendidikan Kabupaten Garut. Namun untuk sementara, belum ada keputusan kapan sekolah akan direnovasi.
"Kita juga belum tahu siswa kelas 2 dan 3 akan dipindahkan sampai kapan di sana (madrasah)," kata dia.
Dalam waktu dekat, pihak sekolah akan membersihkan sisa-sisa puing dan merobohkan seluruh atap ruang kelas yang terdampak. Hal itu dilakukan agar bangunan itu tidak membahayakan para siswa. Ia berharap, pemerintah dapat segera memperbaiki sekolahnya agar proses KBM kembali berjalan normal.
Salah satu siswa kelas 3 SDN 02 Cijolang, Nabila Ratu Bilqis (8 tahun) mengatakan, sementara ia belajar bergabung dengan kakak kelasnya di kelas 6. Menurut dia, belajar di kelas sendiri lebih enak dibanding bercampur dengan kelas 6.
"Enakan di kelas sendiri belajarnya," kata dia.
Siswa melihat atap ruang kelas SDN 02 Cijolang, Kampung Karyalaksana, Desa Cijolang, Kecamatan Limbangan, Kabupaten Garut, yang ambruk, Kamis (24/10). Tiga ruang kelas itu ambruk pada Rabu (23/10) sore. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu lantaran siswa sudah pulang sekolah
Kepala Seksi Sarana dan Prasarana, Bidang SD, Dinas Pendidikan Kabupaten Garut, Ma'mun Gunawan mengatakan, pihaknya menerima laporan ambruknya atap SDN 02 Cijolang pada Rabu sore. Pada Kamis, ia langsung mengecek ke lokasi dan akan buat laporan untuk langsung disampaikan ke Bupati Garut. Dalam laporan itu, ia akan meminta anggaran khusus yang bisa dialokasikan untuk perbaikan.
"Karena ini sangat dibutuhkan. Di sini juga kurang ruang kelas, rombel ada delapan ruang hanya enam, sekarang tiga rusak. Jadi sangat urgent untuk direhab kembali," kata dia.
Menurut dia, pihak sekolah juga sudah mengajukan perbaikan melalui dapodik. Dinas Pendidikan juga membantu mengajukan melalui aplikasi untuk perbaikan tiga ruang lokal di sekolah itu.
Namun, kata dia, data yang dimasukkan pihak sekolah tidak sesuai dengan statusnya. Alhasil, bantuan itu tak kunjung turun.
Ia menambahkan, kejadian itu juga sudah diprediksi. Para siswa sempat dipindahkan ke madrasah tapi karena dianggap tidak nyaman untuk siswa, proses KBM kembali lagi ke sekolah. Namun, para siswa itu diposisikan duduk tidak di bawah atap yang berpotensi roboh.
Berdasarkan data Dinas Pendidikan Kabupaten Garut, saat ini terdapat kekurangan ruang kelas SD sebanyak 2.000 unit. Selain itu, terdapat 3.000 unit dari 10 ribu total ruang kelas yang rusak berat. Ruangan itu sudah tidak lagi dipakai untuk KBM.
Ma'mun mengatakan, pihaknya sudah membuat rencana kerja hingga 2024. Menurut dia, kekurangan itu bisa diselesaikan. "Cuma siap atau tidak anggarannya dari APBN dan APBD," kata dia.