Sabtu 19 Oct 2019 12:00 WIB

Hasto Ajak Kaum Nahdliyin Doakan Pelantikan Jokowi-Maruf

Hasto mengucapkan terima kasih kepada para kiai dan santri yang mendukung Jokowi

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Esthi Maharani
Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siradj bersama Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto saat menghadiri pertemuan di Pondok Pesantren Luhur Al Tsaqafah, Jakarta, Selasa (8/10).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siradj bersama Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto saat menghadiri pertemuan di Pondok Pesantren Luhur Al Tsaqafah, Jakarta, Selasa (8/10).

REPUBLIKA.CO.ID, SIDOARJO -- Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto bersilaturahim ke Pondok Pesantren Bumi Sholawat asuhan KH Agoes Ali Masyhuri di Sidoarjo, Jumat (18/10). Pada pertemuan tersebut, Hasto mengucapkan terima kasih kepada para kiai dan santri yang telah mendoakan, serta mendukung Joko Widodo dan KH Maruf Amin pada Pilpres 2019.

“Basis pendukung Pak Jokowi dan KH Maruf Amin adalah kaum nasionalis, Soekarnois, dan Nahdliyin. Maka kami ingin berterima kasih kepada kaum Nahdliyin yang bergotong royong bersama nasionalis dan Soekarnois,” ujar Hasto.

Pada kesempatan tersebut, Hasto pun mengajak para kiyai dan santri, terutama kaum Nahdliyin untuk mendoakan pelantikan Jokowi-Maruf Amin, agar berjalan lancar. “Mari kita doakan pelantikan Pak Jokowi dan Kiai Maruf 20 Oktober nanti berjalan lancar. Sekaligus membawa keberkahan dalam memimpin Indonesia lima tahun ke depan,” ujar Hasto.

Hasto mengatakan, kepemimpinan Jokowi-Maruf Amin merepresentasikan fondasi bangsa ini. Dimana Indonesia dibangun melalui kiprah serta pemikiran Presiden Indonesia pertama, Soekarno, dan pendiri Nahdlatul Ulama KH. Hasyim Asyari. Artinya, fondasi Indonesia menjadi kokoh karena dari kaum nasionalis dan religius.

“Kaum nasionalis dan religius adalah satu keping mata uang, tidak akan terpisahkan,” ujar Hasto. Faktor historis kerja sama nasionalis dan Nahdliyin yang mewarnai perjalanan republik ini, lanjut Hasto, maka ke depan harus diperkuat.

“PDI Perjuangan akan terus bekerja sama dengan Nahdlatul Ulama dalam segala aspek, penguatan ekonomi umat, pemerintahan, sosial, dan sebagainya demi kemajuan Indonesia,” ujar Hasto.

Direktur Pendidikan Ponpes Bumi Shalawat Muhdlor Ali mengatakan, tidak ada perbedaan antara menjadi santri dan menjadi nasionalis. Karena  kata dia, para santri sejak awal sudah dididik untuk mencintai republik ini, atau menjadi nasionalis.

"Dididik dalam bingkai kebangsaan bahwa hubbul wathon minal iman, mencintai tanah air adalah bagian dari iman,” ujar pria yang akrab disapa Gus Muhdlor.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement